REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin berharap umat Islam tidak membaca perkubuan politik nasional secara hitam dan putih. Pembacaan kubu politik seperti itu menurutnya justru yang membuat ketegangan politik semakin tajam.
"Umat jangan membaca hitam putih. Saya sangat tidak sepakat kalau perkubuan politik dilihat secara hitam dan putih. Seolah-olah di sini putih di sana hitam," kata Din kepada wartawan, Sabtu (4/8).
Sebab boleh jadi, menurut Din, kedua kubu politik ini sama-sama putih memperjuangkan bangsa dan negara sekaligus nilai-nilai agama Islam. Soal istilah pasukan Allah dan pasukan setan, itu adalah istilah dalam Alquran yang menurutnya tidak cocok dipadupadankan ke parpol di Indonesia. "Kalau parpol di Indonesia ada yang sama-sama Hizbullah, banyak orang orang baik," ujar Din.
Soal tokoh agama dan ulama yang dengan sengaja mempolarisasi kubu politik ini, Din mengingatkan pembelaan tokoh agama atau ulama ke kubu politik bukan dilarang. Hal itu boleh saja.
Din mengingatkan kalangan agamawan boleh dan perlu terjun ke politik untuk memperbaiki arah politik ke jalan yang benar. "Tapi jangan menciptakan pemblokan politik yang sangat memungkinkan terjadi ketegangan dan konflik."