REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Belasan guru Biologi jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik negeri dan swasta di Semarang diajari teknik tes DNA (deoxyribonucleic acid) untuk peningkatan keilmuan.
Berlangsung di Laboratorium Biologi Molekuler FMIPA Universitas Negeri Semarang, Sabtu, para guru Biologi itu mendapatkan teori dan praktik teknik biomolekuler dipandu para dosen Biologi Unnes. Pelatihan yang terangkum dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Teknik Biologi Molekuler Untuk Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Biologi Kota Semarang itu diikuti 16 guru Biologi SMA di Semarang.
Dari sekolah negeri, di antaranya SMA Negeri 2, SMAN 11, SMAN 14 Semarang. Sementara dari swasta ada SMA Islam Al Azhar 14-16, SMA Sint Louis, SMA Sedes Sapientiae, dan SMA Muhammadiyah 1 Semarang.
"Tes DNA adalah bagian ilmu biomolekuler yang mempelajari gen pada level molekul," kata Pelaksana Program PKM Teknik Biologi Molekuler Untuk MGMP Biologi Kota Semarang Dr Yustinus Ulung Anggraito.
Latar belakang pelatihan itu, diakui pengajar Biologi FMIPA Unnes tersebut, seiring kemajuan teknologi biologi molekuler yang berkembang sangat cepat, sementara banyak guru belum mengikuti perkembangannya. Lebih dari 75 persen guru Biologi SMA di Semarang belum memiliki pengalaman langsung dalam teknik biomolekuler dan belum mengikuti perkembangan teknologi biomolekuler terkini.
Dicontohkannya, pemecahan kasus Mario Teguh-Kiswinar maupun pembuktian dalam sejumlah kasus terorisme yang terbunuh berdasarkan tes DNA merupakan perkembangan dari teknologi biologi molekuler. Dengan pelatihan itu, kata dia, para guru Biologi mendapatkan pengetahuan dan pengalaman langsung dalam teknik biomolekuler, termasuk teknik tes DNA sehingga lebih percaya diri dalam mengajarkan materi biologi molekuler.
"Makanya, pelatihan ini sangat penting. Kami gelar pelatihan ini sudah ketiga kalinya dalam tiga minggu terakhir, yakni pertama pada 21 Juli, kemudian 28 Juli, dan terakhir Sabtu (4/8) ini," kata Ulung.
Ditambahkan Dr drh R Susanti yang juga pelaksana program tersebut, DNA manusia sebenarnya serupa tetapi tidak sama karena merupakan kekhususan setiap orang yang diwariskan dari orang tua ke anak. Sampelnya bisa dari seluruh bagian tubuh. Kalau untuk kasus terduga terorisme, karena sudah meninggal diambil dari anggota tubuh, sementara untuk keluarganya biasanya diambil dari darah.
Banyak materi yang diajarkan dalam pelatihan itu, mulai materi pengantar biologi molekuler, isolasi DNA dari tumbuhan dan hewan, PCR (polymerase chain reaction), elektrofifis DNA, hingga DNA fingerprinting. "Para peserta pelatihan ini dibekali secara teori maupun praktik. Tetapi, kalau untuk tes DNA, praktik ini baru separuhnya karena ada beberapa alat yang memang kami tidak punya," katanya.
Susanti yang juga pengajar Biologi FMIPA Unnes itu menyebutkan pelatihan biologi molekuler tersebut didanai oleh Kemenristek Dikti, dan pelaksanaannya dibantu oleh empat mahasiswa FMIPA Unnes. Selain tes DNA untuk manusia, kata dia, biomolekuler juga kerap digunakan untuk meneliti temuan spesies flora dan fauna karena setiap spesies binatang maupun tumbuhan memiliki semacam "barcode" tersendiri.
"Yang sudah ditemukan dimasukkan dalam database 'genbank'. Jadi, misalnya ada temuan spesies, diteliti DNA-nya, kemudian dicek. Kalau belum pernah tercatat, bisa jadi spesies baru," katanya.