REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Enam kecamatan di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, rawan kekeringan dan krisis air bersih selama musim kemarau tahun 2018 berlangsung. Hal itu diungkapkan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun, Edi Hariyanto, kepada wartawan, Sabtu (4/8).
"Enam kecamatan tersebut merupakan hasil pemetaan dan laporan yang diterima BPBD Kabupaten Madiun. Antara lain di Kecamatan Dagangan, Dolopo, Wungu, Geger, Gemarang, dan Kare," kata dia.
Dari enam kecamatan itu terdapat 28 desa yang mengalami kekeringan. Pihaknya merinci, sejumlah desa yang rawan kekeringan di Kecamatan Dagangan, di antaranya di Desa Mruwak, Banjarsari Wetan, dan Banjarsari Kulon.
Kecamatan Dolopo, di antaranya di Desa Prambon, Suluk, dan Mlilir. Kecamatan Wungu, di antaranya di Desa Wungu, Brumbun, dan Kresek. Kemudian di Kecamatan Geger, kekeringan rawan terjadi di antaranya di Desa Sareng dan Jati Sari.
Lalu, Kecamatan Gemarang, di Desa Winong, Batok, Tawangrejo, dan Nampu. Serta Kecamatan Kare, di antaranya di Desa Kare, Kepel, Bulu, dan Bodag.
Guna menghadapi musim kemarau tahun 2018 yang diprediksi hingga Oktober mendatang, BPBD Kabupaten Madiun akan melibatkan instansi terkait lain. Di antaranya mengajukan bantuan kiriman air bersih dan pembangunan tandon air.
Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan PDAM Kabupaten Madiun untuk melaksanakan pengiriman air bersih di lokasi rawan kering. "Truk tangki dengan kapasitas air 4.000 liter siap didistribusikan jika ada permintaan kekurangan air bersih untuk konsumsi masyarakat," kata dia.
BPBD Kabupaten Madiun juga sudah menyiapkan Surat Keputusan (SK) Bupati Madiun dan membentuk tim guna menanggulangi kerawanan bencana kekeringan tahun 2018 ini.
Selain kerja sama dengan instansi internal di lingkungan Pemkab Madiun, pihaknya juga melibatkan TNI dan Polri guna mengatasi masalah kekeringan tersebut.