Ahad 05 Aug 2018 05:17 WIB

Seekor Gajah Sumatra Lahir di Baruman

Kelahiran anak gajah ini diharapkan mengobati kesedihan atas kematian gajah di Aceh.

Anak gajah dan induknya (ilustrasi)
Foto: FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat
Anak gajah dan induknya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seekor anak Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) berjenis kelamin betina kembali lahir secara alami di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS), Sumatera Utara (Sumut). Kelahiran gajah ini menambah jumlah populasi menjadi 15 ekor. 

"Saat ini kondisi anak gajah sehat, aktif dan sudah langsung menyusu pada induknya," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Hotmauli Sianturi dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Sabtu (4/8).

Anak gajah yang berasal dari indukan betina Poppy dan indukan jantan Dwiky ini memiliki berat badan 96,49 kilogram (kg) tinggi badan 86 centimeter (cm) dan lingkar dada 107 cm. Sebelumnya, menurut Hotmauli, di tempat yang sama, telah lahir anak gajah dari induk betina Dini, dan diberi nama Fitri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pemberian nama ini diberikan sesuai dengan waktu kelahiran saat suasana Hari Raya Idul Fitri.

Hotmauli mengatakan kelahiran gajah secara alami merupakan bentuk keberhasilan upaya konservasi gajah secara eksitu di Provinsi Sumatera Utara. Program ini berjalan sejak dimulainya kerja sama antara BBKSDA Sumut dan BNWS pada 2016. 

"Dengan adanya kelahiran anak gajah di Sumatera Utara, diharapkan bisa menjadi pengobat kesedihan atas kematian gajah yang baru-baru ini terjadi di Aceh (gajah bunta)," lanjutnya.

Saat ini, BBKSDA Sumut mengelola tiga lokasi konservasi gajah eksitu, dengan total gajah sebanyak 22 ekor. Penyebaran gajah ini antara lain di Pusat Latihan Gajah Holiday Kabupaten Labuhan Batu Selatan sebanyak tiga ekor, di BNWS Kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 15 ekor, dan di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) di Kabupaten Simalungun sebanyak empat ekor.

Gajah Sumatera merupakan satwa dilindungi dan berstatus Kritis (Critically Endangered) menurut. Hilangnya habitat menjadi ancaman utama menurunnya populasi gajah, selain perburuan, dan konflik manusia dan satwa liar gajah. 

"Perubahan habitat meningkatkan kerentanan terhadap kelestarian populasi, di mana Gajah Sumatera sangat tergantung pada habitat yang luas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan pakan, air dan ruang," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement