Rabu 01 Aug 2018 18:27 WIB

Pemkot Surabaya Bentuk Tim Tangani Gizi Buruk

Tim untuk menangani anak yang diduga mengalami gizi buruk.

Ilustrasi pengidap gizi buruk
Foto: Antara/Novrian Arbi
Ilustrasi pengidap gizi buruk

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya membentuk tim khusus untuk menangani anak yang diduga mengalami gizi buruk, Adi Slamet Nugroho (10) warga Kedung Baruk, Surabaya, Jatim. Saat ini, Adi dirawat di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya dengan ditangani secara intensif oleh sejumlah dokter spesialis.

"Kami juga melakukan observasi terkait penyakit yang diderita anak itu," kata      Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita, di Surabaya, Rabu (1/8). 

Menurut dia, beberapa dokter spesialis yang menangani Adi antara lain dokter spesialis anak, spesialis rehab medik, spesialis kulit, spesialis patologi anatomi, spesialis radiologi, dan spesialis orthopedi anak. "Adi juga mendapat pengecekan laboratorium lengkap dan pemeriksaan metabolisme nutrisi," ujarnya.

Ia mengatakan kondisi Adi akan dipantau secara intensif oleh tim dokter selama seminggu ke depan. Menurutnya, dari hasil pemeriksaan laboratorium sebenarnya normal dan nafsu makan Adi pun juga tidak ada yang aneh.

"Saat kami memberi makan, selalu habis. Namun, kami masih mendalami apakah ada faktor penyakit lain yang menyebabkan berat badan Adi menurun drastis," katanya.

Febria menambahkan, setelah keluar rumah sakit, Adi akan diberikan formulasi gizi oleh ahli gizi dinas kesehatan Kota Surabaya yang berkoordinasi dengan ahli gizi RSUD dr. M. Soewandhie. Sementara itu, Kabag Humas Pemkot Surabaya M Fikser menampik bahwa kasus ini mencoreng Surabaya sebagai kota layak anak.

Menurut dia, Pemkot Surabaya justru sangat perhatian terhadap tumbuh kembang anak. Terkait kasus Adi, lanjut dia, sebenarnya sudah mendapat penanganan dari Puskesmas setempat dan dirujuk ke rumah sakit, namun pihak keluarga punya pilihan lain.

Hal ini karena selama lebih kurang dua tahun, Adi dibawa ke Bangil, Blitar dan Nganjuk untuk diobati secara alternatif. Setelah itu, kondisi Adi kian memburuk. 

"Akhirnya pihak kelurahan berinisiatif membujuk keluarga Adi agar bersedia dirawat di rumah sakit," ujarnya.  

Tidak hanya itu, lanjut dia, kakek dan nenek Adi didaftarkan penerima bantuan iuran (PBI) BPJS yang didanai oleh APBD Pemkot Surabaya dan keluarga Adi ditawarkan untuk tinggal di rumah susun. Untuk merangsang perkembangan otaknya, lanjut Fikser, di rumah sakit Adi diberikan mainan edukatif.

Selain itu, Pemkot Surabaya menyiapkan guru khusus dari sekolah untuk memotivasi agar Adi mau bersekolah lagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement