REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Dampak Gempa Lombok 2018 yang meluluh lantahkan ribuan rumah, mengakibatkan 18 meninggal dunia dan sekurang kurangnya 6.000 warga terpapar, terdiri dari balita hingga lansia, serta di beberapa titik lokasi gempa berakibat ekonomi warga lumpuh, aktifitas harian belum pulih normal serta trauma menyelimuti warga Lombok Utara, Lombok Timur hingga perbatasan Mataram.
Hingga saat ini warga sekitaran baik yang tepat di atas guncangan maupun di jarak yang jauh masih merasakan trauma yang masih menggelayuti, 53 km Dari posko Sembalun ke arah Kota Mataram banyak warga yang bermalam di pinggir jalan atau lapangan terbuka.
Dalam kondisi trauma terhadap guncangan, warga pun harus menerima nasib mereka yang harus kehilangan rumah serta isinya karena rusak akibat reruntuhan.
Tim respon DT Peduli yang telah tiba semenjak Ahad lalu, dengan berbagai bantuan yang telah disalurkan, pada Rabu (1/8) kembali mendistribusikan secara langsung 1500 roti untuk warga yang di pelosok dan belum tersasar banyak bantuan.
Dampak gempa Lombok kali ini cukup luas, berakibat sebaran yang terpapar serta tercecer di lokasi terpencil. Banyak titik posko warga dengan jumlah bervariatif tetap tinggal di depan reruntuhan bekas rumah mereka dikarenakan mereka takut kehilangan ternak miliknya.
"Kami bertahan di sini Karena menjaga sisa barang dan terrnak kami, kemarin di kampung sebelah, orangnya menginap di posko dan besok pagi kambingnya hilang" ujar bu Siti salah satu warga yang bertahan tetap di depan runtuhan rumahnya dalam siaran pers DT.
Selain roti, DT peduli hari ini pun mendistribusikan 65 senter untuk 13 RT di Obel-Obel untuk perlengkapan siskamling bapak bapak di lokasi reruntuhan bekas rumah warga.
Di daerah Obel-Obel ini, mereka masak bersama dengan warga lainnya yang memilih untuk tidak ke posko. Kegiatan masak bersama (Dapur Umum) ini mereka lakukan dikarenakan 90% peralatan alat masak mereka rusak tertimpa reruntuhan.