REPUBLIKA.CO.ID,
BANDUNG -- Tahun ini, pemerintah kembali akan mengadakan program pencanangan vaksin MR Tahap 2 yang akan diselenggarakan di Provinsi Sulawesi Selatan, dan akan diikuti oleh provinsi lainnya yang berada di luar pulau Jawa. PT Bio Farma, mendukung program ini.
Menurut Direktur Pemasaran Bio Farma
Sri Harsi Teteki, pihaknya siap memasok Vaksin MR sebanyak 57.843.570 dosis. Angka ini, mencukupi sesuai target imunisasi Kemenkes. Selain siap memasok vaksin, Bio Farma juga sangat concern dengan masalah halal. Sesuai aturannya registrasi sertifikasi halal harus dilakukan oleh produsen vaksin, dalam hal ini pabrik di India.
"Pada bulan November 2017 lalu Tim Bio Farma sudah mengunjungi produsen vaksin MR di India, serta menyampaikan bahwa sertifikasi halal merupakan hal yang diwajibkan oleh Pemerintah Indonesia," ujar Sri dalam siaran persnya, Rabu (1/8).
Sri mengatakan, pihaknya terus berkonsultasi dan berkordinasi dan membantu produsen vaksin MR serta berkomunikasi dengan MUI komisi fatwa untuk proses sertifikasi ini. Karena, saat ini hanya ada 2 produsen vaksin MR. Antara lain Cina dan India, tetapi yang memiliki persyaratan yang lengkap hanya dari India.
"Semua vaksin MR yang digunakan untuk Kampanye MR pada tahap 1 dan tahap 2 ini, berasal dari mitra Bio Farma di India," katanya.
Produksi vaksin MR ini, kata dia, sudah digunakan di 140 negara. Termasuk, negara-negara Islam yang sudah lebih dulu mencanangkan vaksin ini, dan sudah melalui studi keamanan di berbagai negara di dunia.
Menurut Corporate Secretary, Bambang Heriyanto, saat ini Bio Farma sudah mandiri untuk Vaksin Campak (Measles). Saat ini, sedang dalam tahap pengembangan untuk vaksin kombinasi Measles dan Rubella (MR) dengan menggunakan bulk Rubella.
"Kami bekerja sama dengan partner kami, dan ditargetkan pada tahun 2020, sementara itu untuk bulk Vaksin Rubella hasil riset Bio Farma sendiri kami harapkan siap pada tahun 2024," katanya.
Bambang mengatakan, pihaknya memang memerlukan waktu yang lama untuk produksi Vaksin. Sebab, perlu kehati-hatian untuk proses produksi vaksin agar bebas dari aspek hewani.
"Selain itu tentunya memperhatikan aspek kualitas, keamanan serta keampuhan produk" kata Bambang.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, memiliki komitmen untuk mencapai eliminasi penyakit campak dan pengendalian penyakit rubella dan kecacatan bawaan rubella (congenital rubella syndrome (CRS) pada tahun 2020. Komitmen tersebut akan diwujudkan melalui pemberian vaksinasi tambahan Measles Rubella (MR) untuk bayi usia 9 bulan, anak dibawah usia 15 tahun.