REPUBLIKA.CO.ID, SEMBALUN -- Tiga pendaki yang terjebak di sekitar Danau Segara Anak, Taman Nasional Gunung Rinjani, berhasil dievakuasi. Mereka terjebak pascagempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang mengguncang Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya pada Ahad (29/7) pagi.
Tiga pendaki diselamatkan tim evakuasi menggunakan helikopter milik PT AMNT dan tiba di lapangan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, pada Selasa (31/7) pagi, sekitar pukul 09.44 Wita. Ketiganya, yaitu Kepala Pusdiklat Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Suharti bersama dua orang stafnya Erlin dan Bagus.
Setibanya di lapangan samping Kantor Camat Sembalun, Bagus, Erlin bersama pimpinannya langsung dievakuasi ke tenda kesehatan. Tak luput dari pengamatan di lapangan, terlihat rasa haru yang terluapkan dari mimik wajah Suharti ketika disambut oleh keluarganya turun dari helikopter.
Ketiganya juga langsung dievakuasi ke tenda kesehatan. Tanpa perlu ditandu, ketiga korban memilih untuk dibopong oleh pihak keluarganya.
Meskipun terlihat dalam keadaan sehat, tetapi trauma masih tergambarkan dari raut wajah Suharti dan Erlin, Bagus. "Saya takut jalan, takut gempa, terima kasih pak, terima kasih," kata Suharti meluapkan perasaannya.
Begitu sampai di tenda kesehatan, Suharti bertemu dengan pihak TNI dan Basarnas. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada anggotanya yang sudah mendampinginya selama berada di danau.
"Dua anggota bapak dari TNI, anak buah bapak juga dari Basarnas juga ada, terima kasih pak," ucapnya.
Namun berbeda dengan Bagus, ketika ditemui wartawan sedang duduk di tenda kesehatan, dia menyampaikan ucapan terima kasih karena sudah berhasil diselamatkan dari danau. "Terima kasih kepada para pihak yang terlibat dalam penyelamatan kami di danau. Alhamdulillah berkat bantuan seluruh pihak, kami sudah sampai dengan sehat dan selamat," kata Bagus.
Sepintas, Bagus menceritakan kisahnya yang berhasil lolos dalam musibah longsor bebatuan yang terjadi pada gempa pertama pada Ahad (29/7) pagi, pukul 06.47 Wita. "Kami saat itu berenam, bersama dua porter dan guide,” kata dia.
Pada waktu gempa pertama itu, posisi mereka sedang setengah jalan naik Bukit Pelawangan Senaru. “Pas gempa, tiba-tiba batu-batu pada berjatuhan, debu banyak sekali," ujarnya.
Di tengah gambaran kepanikan musibah itu, Bagus bersama rekan dan pimpinannya mengaku berhasil selamat berkat peran porter dan guide. "Posisi kami waktu itu sudah tidak tahu mau seperti apalagi, tetapi Alhamdulillah berkat bantuan Pak Dudin (guide) dan Pak Sunadi (porter) dan Mas Edi (porter), kami bisa selamat. Mereka setia menemani kami, setelah gempa pertama itu kami disuruh naik ke Batu Ceper," ucapnya.
Aksi penyelamatan melalui jalur udara tersebut dimulai pada pukul 08.49 Wita. Sekitar satu jam lamanya, helikopter yang berangkat dari Lapangan Sembalun membawa logistik bagi tim evakuasi tersebut, kembali dengan membawa tiga pendaki.