Senin 30 Jul 2018 18:19 WIB

Menpar: Indonesia Belum Jadi Surga Belanja Dunia

Ada dua faktor yang membuat perbelanjaan Indonesia belum menarik wisatawan.

Red: Nur Aini
ilustrasi pusat perbelanjaan di Daan Mogot
Foto: dok Damoci
ilustrasi pusat perbelanjaan di Daan Mogot

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai Indonesia belum menjadi salah satu negara yang menjadi surga belanja di dunia bagi wisatawan mancanegara.

"Tidak terlalu di Indonesia untuk sumbangan kuliner dan belanja, padahal di seluruh dunia 30 sampai 40 persen orang 'spending' di kuliner dan belanja. Maaf, Indonesia bukan surganya belanja di dunia," kata Menpar Arief Yahya di Jakarta, Senin (30/7).

Menteri Arief menjelaskan ada dua faktor yang menjadi kemungkinan besar sektor perbelanjaan di Indonesia belum menggairahkan bagi wisatawan, yakni regulasi dan teknologi. Peraturan yang mendukung wisata belanja juga perlu disesuaikan agar bisa bersaing di regional dan global.

Ia menilai dari segi regulasi, sistem pengembalian pajak tax refund di Indonesia belum menjadi kelaziman, layaknya negara tetangga seperti Singapura. Menurut dia, kebijakan tax refund perlu dikaji bersama dengan Kementerian Keuangan dan harus dikuti dengan komitmen semua anggota Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan lndonesia (Hippindo) untuk mendaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak. Dengan demikian, tax refund benar-benar menjadi daya tarik wisata belanja yang lebih mudah dipromosikan.

Ia merinci peraturan tax refund yang perlu dikaji, yakni relaksasi peraturan seperti satu faktur belanja yang saat ini sebesar Rp 5 juta, dapat diturunkan menjadi Rp 1 juta dalam satu faktur. Selain itu, proses pengembalian pajak juga harus disederhanakan. Ketiga, memperpanjang waktu klaim pengembalian pajak yang saat ini hanya satu bulan setelah pembelian, dapat diperpanjang menjadi tiga bulan. Keempat, meningkatkan jumlah Pengusaha Kena Pajak Toko Retail sehingga jumlah peserta tax refund semakin banyak.

"Klaimnya sekarang hanya satu bulan, diharapkan bisa tiga bulan. Ini 'tricky' juga supaya pembeli bisa balik lagi, dan berkesempatan untuk klaim refund-nya. Semakin mudah orang berbelanja di Indonesia, toko-toko akan semakin mudah mendaftarkan diri sehingga bisa mendapat fasilitas bebas pajak," kata Arief.

Ia menambahkan kemudahan berbelanja melalui teknologi juga menjadi hal penting untuk meningkatkan agar wisatawan berbelanja di Indonesia. "Sebagai pengusaha kita harus mampu membuat keputusan agar bertahan dan sukses di era transformasi digital. HBDI online harus menjadi bagian dari perhelatan tahunan ini," ujarnya.

Acara Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) 2018 yang diselenggarakan pada 8 Agustus sampai 2 September 2018 di Jakarta dan Palembang diharapkan dapat menarik wisatawan mancanegara dan nusantara untuk berwisata kuliner dan belanja selama Asian Games 2018 berlangsung.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement