REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Hasanul Rizqa, Fauziah Mursid
JAKARTA -- Ustaz Abdul Somad (UAS) menolak dijadikan bakal calon wakil presiden untuk mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden 2019. UAS memilih memfokuskan diri di jalan dakwah.
UAS direkomendasikan sebagai bakal cawapres oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama dalam pertemuan Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional, di Hotel Menara Peninsula, Slipi, Jakarta Barat, Ahad (29/7). Selain UAS, GNPF Ulama merekomendasikan Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Al Jufri sebagai bakal cawapres.
UAS menegaskan tidak bersedia maju dalam ajang pemilihan presiden dan wakil presiden RI. Alih-alih mengomentari dirinya, lulusan S-1 Universitas al-Azhar (Mesir) tersebut memuji ketokohan Prabowo dan Salim Segaf. Menurut dia, pasangan itu menyimbolkan persatuan yang erat dan seimbang dari unsur-unsur identitas kebangsaan Indonesia.
"Prabowo-Habib Salim pasangan tawazun (seimbang) antara ketegasan tentara dan kelembutan ulama; (antara) Jawa dan non-Jawa, nasionalis-religius, plus barokah darah Nabi SAW dalam diri Habib Salim," kata Abdul Somad ketika dikonfirmasi.
UAS mengaku lebih menyukai posisinya sekarang sebagai dai yang tidak berpolitik praktis. Dia berpandangan, peran mubaligh tidak kurang signifikannya dalam menghadirkan kesejukan di tengah masyarakat serta menyampaikan nasihat-nasihat kepada para pemimpin. "Biarlah saya jadi suluh di tengah kelam, setetes embun di tengah Sahara. Tak sungkan berbisik ke Habib Salim. Tak segan bersalam ke Jenderal Prabowo," ujarnya.
Secara umum, UAS mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan GNPF Ulama. Bagi dia, GNPF Ulama cukup berhasil mengubah citra umat Islam di Indonesia. Kaum Muslimin yang tadinya tampak seperti massa mengambang, kini lebih bersatu dengan arahan para alim ulama. "Selamat, ternyata kerumunan sudah berubah menjadi barisan kekuatan," kata UAS.
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) Yusuf Martak (kiri) bersama Ketua Umum Parta Gerindra Prabowo Subianto (kedua kiri), Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan (kedua kanan), dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri (kanan) berbincang saat menghadiri acara Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional di Jakarta, Jumat (27/7).
Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais meyakini, nama calon presiden dan calon wakil presiden yang direkomendasikan GNPF Ulama akan diterima koalisi partai. "Sekarang bagaimana koalisi partai-partai nanti. Saya kira pun koalisi partai akan menerima. Insya Allah," ujar Amien saat hadir di sela-sela penutupan Ijtima' Ulama GNPF Ulama.
Menurut Amien, pasangan capres dan cawapres yang direkomendasikan GNPF merupakan perpaduan koalisi kebangsaan dan keumatan. Sosok Prabowo, menurut dia, memiliki rekam jejak yang baik untuk kebangsaan. Begitu pula Salim Segaf dan Ustaz Abdul Somad yang berasal dari kalangan ulama. "Menurut saya pribadi memang ini the best combination," katanya.
Amien tidak menampik perbedaan pendapat atau suara terkait hasil rekomendasi. Namun, dia mengklaim, forum Ijtima' Ulama GNPF Ulama sepakat menginginkan sosok baru sebagai presiden pada 2019.
Rekomendasi GNPF Ulama untuk mengusung Prabowo sebagai bakal capres dan UAS serta Salim Segaf sebagai bakal cawapres diumumkan Ketua GNPF Ulama Yusuf Muhammad Martak. "Untuk kepemimpinan nasional, peserta Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional sepakat merekomendasikan Prabowo Subianto-Salim Segaf Al Jufri dan Prabowo Subianto-Ustaz Abdul Somad sebagai calon presiden dan cawapres untuk didaftarkan ke KPU," ujar Yusuf.
Yusuf mengungkapkan, dua rekomendasi nama yang disepakati tersebut merupakan saran dari Habib Rizieq Shihab. Tadinya, Habib Rizieq yang didorong untuk maju dalam pilpres 2019. Namun, ungkap Yusuf, Habib Rizieq justru merekomendasikan orang lain. "Habib Rizieq itu yang mau calonkan dia sangat banyak, tapi rekomendasi Habib Rizieq ke pasangan Pak Prabowo-Salim atau Prabowo dengan Ustad Abdul Somad," ungkapnya.
Duet Prabowo-Salim atau Prabowo-UAS dinilai mewakili keinginan peserta Ijtima' Ulama untuk mengusung figur nasionalis-religius. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebelumnya menyampaikan keinginan serupa.
Presiden PKS Sohibul Iman pada saat menghadiri pembukaan Ijtima' Ulama di Jakarta, Jum at (27/7), mengatakan, PKS menginginkan calon mitra koalisi mengusung figur nasionalis dan tokoh Islam sebagai capres dan cawapres 2019. Bagi PKS, kedua pemimpin dengan figur tersebut sangat cocok dengan kondisi Indonesia saat ini.
Sohibul mengatakan, hubungan masyarakat Indonesia saat ini sedang retak dengan adanya analogi kelompok nasionalis dan kelompok Islam. Masing-masing kelompok sering menyampaikan hal-hal yang tidak berkenan kepada kelompok lain.
Sohibul mengatakan, kelompok Islam dan nasionalis pada dasarnya bisa bersatu. Asalkan keduanya memiliki pemahaman yang proporsional, sikap tenggang rasa, dan saling menghormati. "Kita berharap di pilpres nanti bisa mewakili dua ke lompok ini (nasionalis dan Islam)," kata Sohibul. n febrianto, adi saputro ed: satria kartika yudha