REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Musim kemarau, berdampak pada volume Waduk Jatiluhur. Ketinggian air di waduk terbesar di Jabar tersebut terus mengalami penurunan.
Tinggi muka air (TMA) pada Senin (30/7), mencapai 98,08 mdpl atau mengalami penurunan 24 sentimeter dari TMA kemarin, yang mencapai 98,31 mdpl. Manajer Humas PJT II Jatiluhur, Anita Ekayanti, mengatakan, selama musim kemarau ini, volume Waduk Jatiluhur memang mengalami penyusutan. Meski demikian, kondisinya tetap aman. Bahkan, waduk tersebut masih bisa berfungsi dengan baik. Dengan begitu, air yang keluar menuju hilir tetap lancar sampai hari ini.
"Tidak ada masalah dengan distribusi air ke hilir. Semuanya, berjalan normal," ujar Anita, kepada sejumlah media, Senin (30/7).
Meskipun volume air mengalami penyusutan, kata Anita, lima turbin yang ada di Bendungan Jatiluhur tetap beroperasi. Dari enam turbin di waduk, satu unit masih dalam pemeliharaan.
Dengan begitu, kata Anita, warga yang berada di hilir Waduk Jatiluhur tak perlu khawatir. Sebab, suplai air baik untuk pertanian maupun industri masih berjalan dengan lancar.
Apalagi, sampai saat ini sumber mata air di wilayah hilir tak hanya mengandalkan Citarum. Sebab, anak Sungai Citarum juga masih ada debit airnya. Dengan begitu, kebutuhan air untuk pertanian masih tersedia dengan baik.
"Sampai saat ini, kami belum terima laporan areal persawahan yang di hilir Waduk Jatiluhur kekeringan," ujarnya.
Meski demikian, pihaknya terus berkoordinasi dengan BMKG untuk mengetahui prakiraan cuaca. Hal itu termasuk informasi tentang prakiraan turunnya hujan. Informasi terbaru yang diterimanya, hujan akan turun pada awal November 2018 nanti. "Jadi, kemarau tahun ini akan lrbih panjang dibanding tahun kemarin," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, M Hanafi Chaniago, mengatakan, sampai saat ini belum ada laporan mengenai areal sawah yang kekeringan. Meski demikian, pihaknya tetap mewaspadai musim kemarau. Hal itu mengingat, dari 97 ribu areal baku sawah yang ada di Karawang, 11 ribu di antaranya masuk dalam kategori rawan kekeringan.
"Kita tetap berkoordinasi dengan PJT II Jatiluhur, terkait dengan suplai air untuk pertanian," ujarnya.
Baca: Tak Bisa Tanam Padi, Warga Banyumas Makan Nasi Tiwul