Senin 30 Jul 2018 03:03 WIB

Lebaran Betawi Sepi Pengunjung

Pengunjung lebih sepi, pemasukan penjual pun berkurang

Rep: Sri Handayani/ Red: Bilal Ramadhan
Gelaran Lebaran Betawi. Warga mengunjungi gelaran Lebaran Betawi 2018 di Kampung Budaya Setu Babakan, Jakarta Selatan, Sabtu (28/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Gelaran Lebaran Betawi. Warga mengunjungi gelaran Lebaran Betawi 2018 di Kampung Budaya Setu Babakan, Jakarta Selatan, Sabtu (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Acara tahunan Lebaran Betawi kembali digelar di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Meski dibuat lebih meriah, pada pedagang mengaku, acara ini lebih sepi pengunjung.

Acih Sugianti dari Kelompok Cempedak Lestari, Srengseng Sawah, Jagakarsa, mengakui, jumlah pengunjung yang datang lebih sedikit daripada tahun lalu. Ia menduga, hal itu terjadi karena ada beberapa festival budaya lain yang diselenggarakan dalam waktu bersamaan.

"Paling beda lima persen dari tahun kemarin (pengunjungnya) karena berbarengan dengan Festival Condet. Harusnya kan sendiri-sendiri. Ya kalau sendiri-sendiri kan jadi fokus. Kalau barengan kan fokus ke sana, fokus ke sini," ujar Acih kepada Republika di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad (29/7).

Penurunan jumlah pengunjung juga berdampak pada penjualan bir pletok yang diproduksi Kelompok Cempedak Lestari. Jika tahun lalu ia bisa menjual 100 botol per hari, tahun ini jumlahnya berkurang sekitar 20 persen.

Hal senada dikatakan penjual kue sagon, Nadi. Ia mengatakan, dekorasi dan kegiatan yang dibuat tahun ini lebih meriah. Tapi, pengunjung yang datang ke Setu Babakan lebih sedikit.

Pemasukan juga berkurang, dari tahun lalu sebesar Rp 11 juta per hari, tahun ini bisa kurang dari Rp 10 juta per hari. Nadi mengaku, sudah berjualan kue khas Betawi tersebut selama empat tahun.

Sejak Lebaran Betawi diselenggarakan di Setu Babakan, dagangannya menjadi lebih laris. Jika dulu ia hanya mendapatkan uang sekitar Rp 300 ribu per akhir pekan. Kini, pendapatannya meningkat menjadi meningkat menjadi Rp 500 ribu-Rp 600 ribu per akhir pekan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menghadiri acara Lebaran Betawi XI yang diselenggarakan di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad (29/7). Dalam sambutannya, Anies mengatakan, acara tersebut menunjukkan semangat masyarakat Betawi yang bersifat egaliter dan terbuka kepada para pendatang dari seluruh Tanah Air.

Anies mengatakan, jumlah penduduk Betawi memang lebih sedikit daripada jumlah pendatang di Jakarta. Tapi, mereka masih memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat di kampung-kampung. Masyarakat Betawi memiliki pengaruh yang sangat kuat dan membentuk budaya di Ibu Kota.

Menurut Anies, warga Betawi memfasilitasi para pendatang. Sehingga, mereka bisa berkarya. Lebaran Betawi menjadi pengingat bagi warga Betawi untuk tetap menjadi tuan rumah yang baik.

“Sebaliknya, para pendatang dari berbagai wilayah juga harus menghargai budaya dan adat Betawi. Keterbukaan, persahabatan, dan kehangatan masyarakat Betawi harus dijawab dengan kemauan terus menghargai untuk terus mengembangkan kebudayaan Betawi yang ada di Ibu Kota,” kata Anies.

Lebaran Betawi tahun ini menghadirkan berbagai produk kebudayaan Betawi, seperti pencak silat, lenong Betawi, gambang keromong, kasidah, batik Betawi, kerak telor, bir pletok, ondel-ondel, kembang kelapa, roti buaya, rumah adat Betawi, dan baju sadariah. Selain itu, dihadirkan pula berbagai rumah adat dari masing-masing wilayah DKI Jakarta. Masing-masing anjungan dihias berdasarkan pembagian kecamatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement