Kamis 26 Jul 2018 10:23 WIB

SBY Curhat Soal Megawati, PDIP: Keluhan Musiman

PDIP mengklaim Megawati baik-baik saja.

Rep: Ali Mansur/ Red: Muhammad Hafil
Monitoring Penghitungan Cepat Pilkada. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) (kedua kiri) menelepon peserta cagub Jawa Timur Khofifah Indarparawansa di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (27/6).
Foto: Republika/ Wihdan
Monitoring Penghitungan Cepat Pilkada. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) (kedua kiri) menelepon peserta cagub Jawa Timur Khofifah Indarparawansa di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (27/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto menanggapi curhatan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait hubungannya dengan Megawati Soekarnoputri. Menurutnya, keluhan SBY terkait hubungannya yang kurang harmonis dengan ketua umum PDIP itu bukan hal baru, tapi setiap menjelang pemilihan umum (pemilu) selalu berbicara seperti itu.

Monggo silakan lihat dalam jejak digital maupun media cetak bahwa menjelang pemilu, pasti Pak SBY selalu menyampaikan keluhannya tentang Ibu Megawati. Padahal, Ibu Megawati baik-baik saja. Selama ini beliau diam karena beliau percaya terhadap nilai-nilai satyam eva jayate, bahwa pada akhirnya kebenaranlah yang akan menang," kata Hasto menjelaskan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (26/7).

Hasto menilai, keluhan musiman SBY dilakukan karena sebagai seorang bapak tentu mengharapkan yang terbaik bagi anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Oleh karena itu, seluruh pergerakan politik SBY adalah untuk anaknya. Sedangkan, Megawati jauh lebih luas dari itu. Karena Megawati, kata Hasto, selalu bicara untuk PDIP, untuk Joko Widodo, untuk rakyat, bangsa, dan negara. "Sementara, Pak SBY selalu saja mengeluhkan hubungan itu," ujarnya menambahkan.

Dengan demikian, Hasto mengingatkan apa yang terjadi menjelang pemilihan presiden (pilpres) tahun 2004. Ketika itu, SBY menyatakan diri sebagai orang yang dizalimi. Secara psikologis, lanjut Hasto, seharusnya yang menzalimi itu yang merasa bersalah, tetapi mengapa SBY justru tampak sebagai pihak yang merasa bersalah dan selalu menuduhkan hal yang kurang pas tentang Megawati.

Masih kata Hasto, menjelang Pilpres 2014, ada salah satu ketua umum partai yang mendesak Megawati agar bertemu SBY guna memastikan kemenangan Joko Widodo. Kemudian, Megawati menegaskan bahwa Joko Widodo akan menang karena dukungan rakyat. Sekiranya pertemuan dia dengan SBY dianggap sebagai faktor utama kemenangan Joko Widodo, kasihan rakyat yang telah berjuang. Sebab, banyak rakyat kecil yang iuran Rp 20 ribu-Rp 50 ribuan untuk Joko Widodo.

"Masa dukungan rakyat yang begitu besar untuk kemenangan Pak Jokowi kemudian dinihilkan hanya karena pertemuan saya,” kata Hasto menirukan ucapan Megawati saat itu.

Selanjutnya, terkait kegagalan pihak pemerintah dengan Partai Demokrat lebih karena kalkulasi yang rumit yang dilakukan SBY. Karena, mantan presiden Republik Indonesia dua periode itu hanya fokus dengan masa depan AHY. Jadi sebaiknya, saran Hasto, pemimpin itu bijak, kalau tidak bisa berkoalisi dengan Joko Widodo karena sikapnya yang selalu ragu-ragu, Hasto menyarankan agar SBY introspeksi dan jangan bawa nama Megawati seolah sebagai penghalang koalisi tersebut.

"Sekiranya Pak SBY mendorong kepemimpinan Mas AHY secara alamiah terlebih dahulu, mungkin sejarah bicara lain," ujar Hasto.

Sebelumnya, SBY mengungkapkan hubungan dirinya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum akur. Padahal, SBY sendiri sudah berupaya untuk memperbaiki hubungannya dengan Megawati lebih dari 10 tahun. Bahkan, ia mengakui, mendiang Taufik Kiemas suami Megawati juga berusaha menjembatani.

"Ikhtiar untuk saya bisa menjalin komunikasi mungkin saya lakukan selama 10 tahun. Mendiang Taufik Kiemas sahabat saya juga berusaha untuk memulihkan silaturahim kami berdua. Jadi, bukan tidak adanya kehendak di antara kedua belah pihak, tapi Allah belum menakdirkan," keluh SBY di kediamannya, Jakarta, Rabu (25/7) malam.

Meski sampai detik ini hubungannya dengan putri Proklamator Sukarno itu belum membaik, tapi dirinya menghormatinya sebagai mantan presiden ke-5 Republik Indonesia. Bahkan SBY, yang juga sama-sama pernah menjabat sebagai presiden itu, menegaskan tidak akan pernah hilang rasa hormatnya untuk Megawati. SBY sendiri pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam).

"Tidak akan pernah hilang hormat saya kepada beliau. Tapi, memang Tuhan belum menakdirkan hubungan kami belum kembali normal," tutur SBY. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement