Selasa 24 Jul 2018 20:54 WIB

BMKG Sumbar Ingatkan Nelayan Waspadai Gelombang 6 Meter

Gelombang maksimum dapat mencapai dua kali perkiraan

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Gelombang tinggi.
Foto: Antara.
Gelombang tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Maritim Teluk Bayur, Kota Padang, Sumatra Barat menerbitkan peringatan dini tentang potensi munculnya gelombang tinggi. BMKG meminta nelayan dan pengelola jasa angkutan laut di Sumbar untuk mewaspadai gelombang laut setinggi 6 meter hingga 26 Juli 2018 nanti.

Prakirawan BMKG Maritim, Yosyea Oktaviandra, mengatakan bahwa gelombang setinggi 6 meter berpotensi terjadi di Samudra Barat Kepulauan Mentawai hingga Samudra Hindia di wilayah Bengkulu. Selain itu, gelombang setinggi 6 meter juga bisa muncul di perairan barat Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Selatan, dan Pulau Enggano.

"Gelombang maksimum dapat mencapai dua kali perkiraan itu," kata Yosyea, Selasa (24/7) .

Menurut BMKG, gelombang laut dengan ketinggian di atas 1,25 meter dan angin dengan kecepatan 15 knots per jam termasuk berisiko tinggi bagi nelayan. Sementara untuk kapal tongkang, tingkat keselamatan yang berisiko terjadi ketika gelombang laut di atas 1,5 meter dengan kecepatan angin 16 knots. Untuk kapal penyeberangan, risiko tinggi terjadi bila gelombang laut di atas 2,5 meter dan kecepatan angin 17 knots.

 

Sementara untuk kapal besar seperti kargo, tanker, dan pesiar, tingkat risiko tinggi terjadi bila gelombang laut di atas empat meter dan kecepatan angin 27 knots.

     

"Jangan memaksakan jika tidak memungkinkan karena hal tersebut dapat membahayakan keselamatan," ujar Yosyea.

Peringatan serupa juga terjadi di pesisir selatan Jawa. Gelombang setinggi 7 meter diperkirakan terjadi pada Rabu (25/7). Berdasarkan perkembangan dinamika atmosfer terakhir pada 23 Juli 2018 pukul 16.00, terpantau beberapa pusat tekanan rendah di belahan bumi utara. Terutama, di Laut Cina Selatan sebelah timur Vietnam (996 hPa).

Selain itu, pusat tekanan tinggi terdapat di belahan bumi bagian selatan, utamanya di sekitar perairan sebelah timur Sidney, Australia (1.023 hPa). BMKG memprakirakan, kondisi itu berdampak ke peningkatan kecepatan angin.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Mlati, Sleman, DI Yogyakarta, Agus Sudaryatno mengatakan, dampak peningkatan kecepatan angin dari perbedaan tekanan udara signifikan antara belahan bumi bagian utara dan selatan mencapai 35 kilometer per jam.

"Dan peningkatan tinggi gelombang laut di pesisir selatan Yogyakarta," kata Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement