REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--- Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi mengatakan deklarasi Bandung 1955 masih sangat relevan untuk membangun benua Asia dan Afrika yang maju dan sejahtera. Ini disampaikan Menlu saat membuka the International Conference on the Role of Afro-Asian Universities in Building Civilizations, Ahad (22/7) di Pondok Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo.
“Abad 21 ini harus menjadi abad kejayaan negara Asia dan Afrika” ujar Menlu Retno, Ahad (22/7).
Di hadapan peserta konferensi yang berasal dari perwakilan universitas di negara-negara Asia dan Afrika, Menlu Retno menyampaikan bangsa-bangsa Asia Afrika harus menyatukan kekuatan dan potensi untuk menghadapi berbagai tantangan. Seperti konflik, kemiskinan, keterbatasan infrastruktur, dan akses pendidikan.
Ia menyampaikan ada tiga peran vital pendidikan dan universitas dalam mempersiapkan generasi muda Asia dan Afrika. Pertama, pendidikan harus bisa menjadi jawaban untuk mendorong nilai-nilai perdamaian dan toleransi khususnya di dunia yang dipenuhi ketidakpastian.
Pendidikan adalah instrumen utama dalam mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan good governance dimana negara di Asia dan Afrika masih mengalami defisit demokrasi.
Dan yang terakhir, pendidikan harus menjadi kendaraan bagi upaya menyebarkan semangat kewirausahaan demi kemandirian ekonomi.
"Melalui kemandirian ekonomi, bangsa-bangsa Asia Afrika akan dapat bersaing dan mengejar ketertinggalan di kancah ekonomi global," ujar Menlu.
Dalam kesempatan pertemuan tersebut, Menlu Retno menegaskan komitmen Politik Luar Negeri Indonesia untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara Afrika. “Kebijakan luar negeri Indonesia berupaya menerjemahkan kedekatan politik menjadi kerja sama ekonomi konkrit yang saling menguntungkan dengan negara-negara Afrika” katanya.
Pelaksanaan Indonesia-Afrika Forum yang menghasilkan business deals dan business announcement lebih dari 1,8 miliar dolar AS adalah bukti nyata komitmen Indonesia tersebut. Kedepan, berbagai inisiatif lain untuk memperkuat kerja sama Indonesia dan negara di Afrika akan dilakukan.
Dalam kesempatan itu, Menlu Retno juga kembali mengingatkan perlunya bangsa Asia- Afrika terus memperkuat dukungan untuk kemerdekaan Palestina. "Saya mengajak Universitas Asia Afrika untuk mendukung perjuangan Palestina melalui pendidikan bagi generasi muda Palestina". “berikan harapan dan pendidikan yang terbaik bagi generasi muda Palestina” tambahnya.
Konferensi Afro-Asian Universities diselenggarakan di kampus Universitas Darussalam, Gontor pada 22-23 Juli 2018. Konferensi dihadiri oleh wakil-wakil dari sejumlah perguruan tinggi di negara-negara Asia dan Afrika seperti Mesir, Pakistan, Malaysia, Brunei, Sudan, Chad, Thailand, Bangladesh, Korea, dan Australia. Selain universitas manca negara, hadir pula perwakilan beberapa universitas Indonesia.
Konferensi ini dimaksudkan untuk menghidupkan kembali ide atau gagasan bahwa Asia dan Afrika dapat menjadi pusat peradaban dunia di masa depan. Ini sekaligus menetapkan Universitas Darussalam Gontor sebagai kantor pusat Afro-Asia Universities Forum untuk kawasan Asia. AAUF adalah forum yang didirikan oleh 20 Perguruan Tinggi di Asia dan Afrika pada 15 Desember 2016 di Universitas Islam Internasional Islamabad, Pakistan.
Sebelum membuka acara, Menlu Retno diajak Pimpinan Pondok Modern Gontor KH Hasan Sahal dan Rektor Unida Dr. Amal Fathullah Zarkasy untuk melihat lingkungan Pondok dan Universitas UNIDA. “Gontor adalah salah satu center of excellence yang telah mendidik dan mencetak kader-kader pemimpin Indonesia. Alhamdulillah, saya sangat senang dapat berkunjung ke Gontor”, ujar Menlu Retno.