REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Dinas Pertanian dan Peternakan (Distankan) Kota Tasikmalaya mengakui masih sulit memenuhi kebutuhan telur dari daerah sendiri. Alhasil, Tasikmalaya mesti menggantungkan pasokan telur dari daerah lain hingga berdampak pada harga telur saat ini.
Kepala Bidang Peternakan Distankan Zulyaden mengatakan dari data 2016 angka kebutuhan telur mencapai sekitar 1.100 ton per tahun. Dari jumlah itu, kata dia, 70 persennya mengandalkan pasokan dari luar Tasikmalaya.
"Trennya makin banyak peternakan ayam tapi kebutuhan belum bisa penuhi. Kira-kira 30 persen saja yang mampu dihasilkan dari kebutuhan. Sisanya dikirim dari Ciamis dan Blitar," katanya pada wartawan, Rabu (18/7).
Ia menilai masih belum mencukupinya jumlah peternakan telur karena sejumlah kendala. Salah satunya keterbatasan lahan di perkotaan untuk digunakan sebagai peternakan. Namun, ia optimistis tren pengusaha ternak ayam petelur akan terus meningkat seiring harga telur yang menjanjikan.
"Karena penduduk besar lahan budidaya terbatas. Tapi yang gerak di bidang itu naik karena harga telur bagus. Banyak yang pelihara ayam petelur," ujarnya.
Kendala lainnya ialah pemenuhan perizinan usaha peternakan. Pasalnya, kehadiran peternakan berpotensi memicu penolakan dari warga setempat dengan alasan kotor dan menimbulkan penyakit.
"Jadi izin lingkungan harus benar dalam kelola limbah. Ke depan ada teknologi bagus sistem kandang semua suhu diatur dan kebersihan terjamin," ujarnya.