Rabu 18 Jul 2018 17:11 WIB

Harga Telur NTB Tergantung Jawa dan Bali

Jika dari Jawa dan Bali bermasalah, pasokan di NTB pun bermasalah.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Telur
Foto: Reuters
Telur

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Dinas Perdagangan Nusa Tenggara Barat (NTB) Selly Andayani mengatakan, persoalan harga telur di NTB sangat bergantung pada daerah lain, terutama pasokan dari Pulau Jawa dan Bali.

"Selama ini (telur) ambil dari Jawa dan Bali, bisa sampai 80 persen, jadi kita tergantung dari sana, kalau di sana bermasalah, kita kena dampaknya," ujar Selly kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Rabu (18/7).

Selly menjelaskan, harga telur untuk kualitas 1 yang besar di sejumlah pasar rakyat di NTB sebesar Rp 50 ribu per tray. "Normalnya sebutir Rp 1.200. Kalau yang di eceran, di warung-warung bisa per butir Rp 2.000 saat ini. Tapi yang kita lihat di pasar rakyat berkisar Rp 48 ribu sampai Rp 50 ribu per tray," lanjutnya. 

Selly menjelaskan, kenaikan harga telur juga dipengaruhi sejumlah komponen impor pada pakan yang terkait dengan kurs dolar AS. Namun begitu, ia tidak ingin alasan tersebut menjadi faktor bagi para oknum distributor memainkan harga telur.  

"Kalau harga pakan, 8-10 persen dari komponen impor sebetulnya itu tidak terlalu berpengaruh. Itu yang kita lihat jangan ada permainan, kesempatan di sini. Mumpung kurs dolar AS, asosiasi dan distributor bermain-main," kata dia. 

Rencananya, Satgas Pangan NTB akan menggelar rapat koordinasi membahas persoalan dan solusi harga telur di Kota Bima pada Kamis (19/7). Selly berupaya membuat regulasi dalam menurunkan harga telur. 

"Misal, harganya dikasih itu antara Rp 35 ribu sampai Rp 37 ribu per tray, tidak boleh lebih, kalau lebih ijin distributor bisa dicabut karena di Permendag nomor 27 sudah jelas, distributor tidak boleh menaikan harga asal-asalan harus ada punya kajian," ungkap Selly. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement