REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Dinas Kesehatan Kota Denpasar menggelar sosialisasi imunisasi campak dan rubella, Selasa (17/7) di Gedung Sewaka Dharma, Lumintang. Sosialisasi ini menyasar sekolah, rumah sakit, puskesmas, desa, dan instansi terkait.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Ida Bagus Ekaputra mengatakan sosialisasi ini sebagai langkah awal pencegahan penyakit menular. Imunisasi merupakan hak anak yang sangat penting diberikan sejak dini.
"Rubella ini bahkan bisa menyebabkan cacat lahir pada bayi jika terinfeksi selama kehamilan. Obatnya sampai sekarang belum ada, sehingga pencegahan lewat imunisasi sangat penting," kata Ekaputra, Selasa (17/7).
Vaksin campak dan rubella juga efektif dan aman bagi anak. Vaksin ini bahkan sudah direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang telah digunakan lebih dari 140 negara di dunia. Imunisasi massal yang akan digelar nanti juga bertujuan memutus transmisi virus campak dan rubella.
"Targetnya bisa menjangkau hingga 95 persen, sehingga kampanye terus dilakukan untuk memberi dukungan kuat," katanya.
Imunisasi campak dan rubella di Denpasar akan digelar serentak Agustus-September 2018. Sasarannya adalah anak berusia sembilan bulan hingga di bawah 15 tahun.
Bali saat ini juga tengah gencar menggelar imunisasi Japanese Enceohalitis (JE). Imunisasi gratis ini juga dilanjutkan pada Agustus-September 2018.
Tahun ini pemerintah Provinsi Bali membidik minimal 95 persen pelaksanaan imunisasi Measles Rubella (MR). Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya sebelumnya mengatakan pihaknya telah memperkuat tenaga kesehatan di sembilan kabupaten kota di Bali yang menjadi koordinator di masing-masing tingkatan.
"Harapannya pelaksanaan imunisasi MR di Bali bisa melebihi 95 persen," katanya.
Hingga 1980, sekitar 20 juta orang diperkirakan terkena campak dan 2,6 juta kematian setiap tahunnya. Imunisasi campak sejak 1982 mulai diberikan sejak anak berusia sembilan bulan.
Pada 2000, terjadi peningkatan kasus campak pada anak usia sekolah di Indonesia. Hasil pemeriksaan kekebalan anak terhadap campak pada usia tersebut menurun. Pertimbangan ini menjadi dasar pemberian imunisasi campak meluas pada anak usia sekolah dasar.
Balita merupakan kelompok paling rentan, sehingga pengulangan imunisasi campak dilakukan untuk memperpanjang kekebalan terhadap campak. Hal ini juga dilakukan pada anak usia 18-24 bulan.