REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir mengharapkan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang berkiprah dalam politik dapat menjadi teladan. Tokoh Muhammadiyah harus menjadi sosok yang negarawan dan mengutamakan kepentingan bangsa.
Ia mengatakan Muhammadiyah memiliki banyak tokoh dan mereka merupakan profesional karena lahir dalam budaya maju. Di eksekutif, di legislatif, di yudikatif, dia berharap para tokoh Muhammadiyah menjadi teladan dan menjadi elite-elite bangsa yang negarawan.
Tokoh Muhammadiyah harus mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan kelompok. “Jadi, saya harapkan juga untuk terus maju berkiprah dalam kehidupan kebangsaan itu di mana pun berada," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (15/7) sore.
Haedar mengatakan hal itu kepada wartawan usai peletakan batu pertama pembangunan gedung Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Banyumas, gedung Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 1 Purwokerto, dan Silaturahmi Warga Muhammadiyah Kabupaten Banyumas di Purwokerto.
Terkait dengan sikap menjelang Pilpres 2019, dia mengatakan, Muhammadiyah tetap pada garis khitahnya dengan tidak terlibat dalam urusan politik praktis. Sebab, urusan tersebut berada dalam wilayah partai politik.
Akan tetapi, kata dia, Muhammadiyah mendorong warga organisasi Islam itu maupun warga negara Indonesia lainnya untuk menjadi pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab. Sehingga, proses demokrasi bisa menghasilkan para pemimpin yang negarawan serta bisa memajukan Indonesia.
Menurut dia, bangsa Indonesia di sejumlah hal masih ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain. Salah satunya, ia mengatakan, tertinggal dari Kroasia yang jumlah penduduknya sekitar empat juta jiwa.
Kroasia memisahkan diri dari Uni Soviet pada 1991 dapat masuk final Piala Dunia 2018. "Masak Indonesia yang (penduduknya) 250 juta dan (luas wilayahnya) seluas bentangan dari Timur Tengah sampai Eropa itu, kok, tidak bisa," katanya.
Karena itu, kata dia, perlu menjadi komitmen kolektif dari seluruh kekuatan bangsa. Ini termasuk partai politik dengan menjadikan konstentasi politik berjalan untuk membangun Indonesia lebih unggul.
Ia berpesan untuk semua pihak bahwa Muhammadiyah tidak akan pernah berhenti untuk berkiprah bagi bangsa dan negara dalam situasi politik apa pun.
Akan tetapi, dia berharap, dengan pandangan yang positif bahwa politik, termasuk pilkada pada tahun ini dan Pilpres 2019, bukan hanya kontestasi politik memperebutkan posisi kekuasaan. Kontestasi politik merupakan sarana untuk membangun Indonesia menjadi lebih unggul.