Ahad 15 Jul 2018 01:00 WIB

Ini Kunci Keberhasilan Desa Wisata

Desa wisata dari tahun ke tahun semakin tumbuh dan berkembang di Semarang.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Dwi Murdaningsih
 Semarak Festival Desa Wisata Jawa Tengah
Foto: Republika/Bowo Pribadi
 Semarak Festival Desa Wisata Jawa Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) harus kreatif dan inovatif dalam mengelola Desa Wisata. Tanpa ada krativitas dan inovasi dalam mengembangkan potensi yang dimiliki, desa wisata bisa ‘matisuri’.

“Gebyar desa wisata hanya akan terlihat saat dibuka, selanjutnya tidak tahu keberlangsungannya,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, Dewi Pramuningsih pada pembukaan Festival Desa Wisata (FDW) Jawa Tengah 2018, di lapangan Bung Karno, kompleks Alun alun Kalirejo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Sabtu (14/7).

Di Kabupaten Semarang, jelas Dewi, keberadaan desa wisata dari tahun ke tahun semakin tumbuh dan berkembang, dengan beragam keunggulan potensi serta karakteristiknya. Berdasarkan catatan Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, saat ini ada sekitar 33 desa wisata di daerahnya. Namun yang masih aktif  jumlahnya hanya mencapai sekitar 25 desa wisata.

Desa wisata yang masih eksis ini banyak ditopang oleh kreativitas dan inovasi masing- masing pengelolanya, dalam hal ini Pokdarwis. Baik kreaif dalam hal mengemas, mengelola dan memanajemen potensi desanya serta inovasi dalam mempromosikan desa wisatanya.

Tanpa ini semua, keberadaan desa wisata tidak akan bertahan lama. Tak sedikit desa wisata yang cepat terkenal selanjutnya juga cepat ‘tenggelam’. “Terlebih lagi, saat ini desa wisata kian menjamur dan menawarkan berbagai potensi nggulan,” kata Dewi.

Oleh karena itu, tambahnya, seiring tumbuh- kembangnya desa wisata tersebut, perlu dukungan kreatifitas dan inovasi agar desa wisata bisa tetap bertahan dan mampu memberikan kontribusi kepada desanya.

Khusus di Kabupaten Semarang, kata Dewi, upaya untuk mendukung desa wisata, Dinas Pariwisata melakukan pembinaan kepada masing- masing pengelola desa wisata.

Misalnya, pegiat desa wisata dimengimbau agar bisa menyediakan setidaknya lima homestay di setiap desa wisata.

“Sehingga para wisatawan tidak sekedar berkunjung lalu pulang. Namun juga bisa menginap, menikmati Susana serta melihat banyak hal di sana,” terangnya.

Menurutnya, keberadaan homestay di desa wisata menjadi sarana penting selain terobosan atau inovasi lain dalam mempromosikan potensi desanya. Sehingga nantinya bisa dijadikan satu paket program desa wisata.

“Tidak perlu mewah- mewah homestay nya. Justru konsep natural dan tradisionalitas lah yang akan menjadi daya tarik bagi para wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara,” kata Dewi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement