Sabtu 14 Jul 2018 01:29 WIB

PVMBG: Aktivitas Vulkanik Anak Krakatau Tinggi

Masyarakat dan wisatawan dilarang mendekati kawah dalam radius satu kilometer.

Semburan material panas mengepul dari kawah gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.
Foto: Antara/Rezza Estily
Semburan material panas mengepul dari kawah gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menginformasikan, Jumat (13/7) aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau (2.968 mdpl) masih tinggi. Oleh karena aktivitas vulkanik tersebut masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius satu kilometer (km) dari kawah.

Laporan yang dihimpun dari Kementerian ESDM di Jakarta, Jumat (14/7) menyebutkan gunung Anak Krakatau saat ini berada pada tingkat aktivitas Level II (WASPADA). "Hingga saat ini aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih tinggi, sehingga tingkat aktivitasnya masih berada pada Level II (Waspada). Direkomendasikan kepada masyarakat/wisatawan untuk tidak mendekati kawah dalam radius satu km dari kawah," ujar Kepala PVMBG Kasbani.

photo
Anak Gunung Krakatau

Aktivitas saat ini berupa keluarnya material vulkanik dari Kawah Krakatau dalam bentuk lontaran material pijar yang jatuh di sekitar tubuh Gunung Anak Krakatau. Selain itu juga guguran lava pijar yang mengarah ke selatan.

Fenomena lain yang terpantau atau dirasakan dari Pos PGA di Pasauran, kawasan Pantai Anyer adalah bunyi aktivitas letusan dari arah gunung yang cukup keras dengan frekuensi kejadian yang cukup rapat. Aktivitas letusan ini juga dapat menggetarkan kaca pada bangunan Pos PGA.

Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau hingga 12 Juli 2018 pukul 20.05 WIB masih dalam fase erupsi. Ini ditandai keluarnya material vulkanik dari pusat kegiatan Gunung Anak Krakatau.

Berdasarkan pemantauan secara visual dari arah Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) di Pasauran yang berjarak sekitar 42 km, visual gunung pada saat malam hari secara kasat mata tidak terlalu jelas. Namun dengan bantuan kamera CCTV yang dilengkapi infra merah baru tampak adanya sinar api setinggi 200 m di atas puncak gunung.

photo
Anak Krakatau

Pemantauan secara kegempaan teramati rekaman seismograf didominasi oleh jenis gempa getaran tremor menerus dengan amplituda berkisar antara 25 hingga 50 mm (dominan 40 mm). Hal ini berasosiasi dengan aktivitas keluarnya material vulkanik dari kawah dalam bentuk lontaran maupun guguran lava pijar.

Rekaman seismograf sebelumnya pada tanggal 11 Juli 2018 tercatat telah terjadi 56 kali gempa Letusan, 141 kali gempa hembusan, lima kali gempa vulkanik dangkal dan terjadi gempa rremor menerus dengan amplituda 2 hingga  50 mm.

Gunung Anak Krakatau secara administratif masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Aktivitas vulkanik gunung yang berada 305 meter di atas permukaan laut ini menunjukkan peningkatan sejak 18 Juni 2018. Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter dua kilometer itu merupakan kawasan rawan bencana. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement