REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Faisol Reza menyebut sosok mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD tidak sesuai dengan keinginan arus bawah warga nahdliyin sebagai calon wakil presiden. Padahal, ia mengatakan, berdasarkan pengalaman pemilihan presiden sebelumnya, suara arus bawah Nahdlatul Ulama (NU) sangat menentukan
"Saya berikan catatan kami tidak dalam posisi bisa mengkritik siapa calon yang akan dipilih Pak Joko Widodo, tetapi yang bisa saya katakan di NU ada yang namanya suara arus bawah," ujar Faisol Reza di Jakarta, Kamis (12/7).
Faisol menerangkan, PKB pernah mendukung pasangan Wiranto-Shalahuddin Wahid dalam Pilpres 2004. Akan tetapi, ia menambahkan, dukungan itu bertentangan dengan suara arus bawah yang mendukung Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.
"Belajar dari sana, kami mengingatkan bahwa suara NU besar, suara PKB yang didukung NU itu besar, ada suara arus bawah. Itu yang harus didengarkan siapa," tutur Faisol.
Baca Juga: Pengamat: Penunjukan Mahfud Terkendala Restu PKB
Ia menegaskan suara arus bawah memunculkan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Karena itu, sebaiknya suara arus bawah itu tidak ditinggal agar PKB yang dirangkul tidak hanya kepalanya, sementara badannya tidak.
Baca Juga: Cak Imin: Kalau Nggak Jokowi-Cak Imin Bahaya
Ia juga menyebutkan komunikasi Jokowi dengan Muhaimin Iskandar berjalan dengan baik dan menunjukkan gestur yang positif. Karena itu, PKB yakin Muhaimin akan dipilih mendampingi Jokowi.
"Kami melihat gestur Jokowi cara komunikasi cocok dengan Cak Imin dan saya kira ini sudah memberi keyakinan pada kami Jokowi akan memilih Cak Imin," kata Faisol.
PKB yakin Jokowi akan memilih yang terbaik sebagai pasangannya pada Pilpres 2019. PKB masih teguh bergabung dalam koalisi, untuk selanjutnya akan melihat pergerakan politik terlebih dulu.
Baca Juga: Mahfud MD Mengaku tak Ingin Menjadi Cawapres