REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Dinas Pendidikan Jabar menilai untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa di Jawa Barat, maka dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) nilainya harus dinaikkan. Oleh karena itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Ahmad Hadadi, Dinas Pendidikan Jabar telah mengusulkan pada pemerintah pusat untuk menaikkan nilai dana BOS. "Setiap siswa saat ini mendapatkan dana BOS sebesar Rp 1,4 juta per tahun. Saya sudah mengusulkan agar nilainya ditambah," ujar Ahmad Hadadi kepada wartawan, Kamis (12/7).
Hadadi mengatakan, kalau ingin meningkatkan kualitas pendidikan, maka yang harus diperhatikan di antaranya kesejahteraan guru, dan dana BOS harus naik. Menurut Hadadi sampai saat ini, dana BOS belum mengalami kenaikan. Ia berharap, usulan tersebut bisa diakomodir. Selain dana BOS, Pemprov Jawa Barat pun akan menambah Bantuan Pendidikan Menengah Universal (BPMU) sebesar Rp 500 ribu. "Syukur-syukur, dana BOS bisa naik. Agar masyarakat tidak terlalu terbebani," katanya.
Hadadi menegaskan, pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) ini, pendidikan anak dari keluarga ekonomi yang tidak mampu akan dijamin. Jika anak dari keluarga ekonomi tidak mampu tidak lolos PPDB SMA negeri, maka akan disalurkan ke SMA swasta. "Walaupun di swasta, saya jamin anak tersebut tidak akan dibebani biaya pendidikan," katanya. Hadadi mengakui saat ini jumlah sekolah SMA/SMK di Jabar masih belum seimbang dengan jumlah lulusan SMP. Sehingga banyak siswa SMP yang belum bisa ditampung ke SMA/SMK. Saat ini, jumlah lulusan SMP di Jabar sebanyak 800 ribu lebih.
"Daya tampung SMA/SMK negeri di Jabar sebanyak 290 ribu. Swasta juga tak bisa menampung seluruhnya. Jadi masih ada sekitar 100 ribu siswa SMP yang tak bsa melanjutkan ke SMA/SMK," kata Hadadi seraya mengatakan solusinya adalah membuat SMA terbuka untuk siswa SMP yang tak tertampung.
Hadadi pun, menyambut baik diresmikannya gedung baru di SMA PGII. Karena, akan semakin banyak siswa yang bisa tertampung. Sementara menurut Kepala Yayasan PGII, Djaman Satori, sebelumnya pembangunan gedung baru ini sudah mendapat restu dari Gubernur Jawa Barat. "Kami ingin membangun lembaga Islam yang bermartabat. Pertama, casing sarana dan prasarana harus bermartabat, kedua, branding PGII sudah lama," katanya.
Gedung baru tersebut, kata dia, akan digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Namun jumlah siswa yang diterima, masih sama seperti tahun sebelumnya. Perbedaannya, tahun ini PGII tidak ada ruang semisal laboratorium yang dijadikan ruang kelas darurat. Selain ruang baru, kata dia, PGII juga memiliki lapangan basket yang baru untuk kebutuhan siswa berolahraga. "Tetap 10 pararel tapi tidak ada kelas darurat. Semua kelas yang didesain sendiri, lab sendiri, lab kimia, fisika, biologi, kimia, perpustakaan tersendiri," kata Djaman seraya mengatakan gedung baru tersebut dibangun dengan standar kualitas yang baik.