REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung, Elly Wasliah mengatakan memang ada kenaikan harga telur dan daging ayam di pasaran. Elly menuturkan kenaikan ini bersumber dari hulu atau pemasoknya.
"Libur panjang setelah Lebaran dan tahun ajaran baru juga jadi penyebab lain. Karena banyak pegawainya libur, sebagian ayam petelur dijual dan sekarang harus mulai lagi dari awal dan itu membutuhkan waktu," kata Elly dalam siaran persnya, Kamis (12/7).
Ia mengungkapkan para peternak juga membutuhkan tambahan biaya. Sebab, adanya kenaikan kurs dolar AS terhadap rupiah yang menyebabkan harga pakan dan vitamin ikut naik.
Atas kenaikan tersebut, Dispangtan Kota Bandung akan terus berkoordinasi dengan daerah produsen seperti Blitar untuk telur ayam dan Priangan Timur untuk daging ayam. Koordinasi ini untuk memastikan stok ayam hidup mencukupi.
"Bandung itu kan daerah konsumen, jadi kami terus berkoordinasi dengan daerah produsen. Mudah-mudahan baik stok telur maupun daging ayam segera kembali normal," ujarnya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Kota Bandung, Eric M Attauriq mengatakan pihaknya terus memantau harga telur dan daging ayam. Hal ini karena selama empat hari terakhir, kedua komoditas tersebut mengalami lonjakan harga yang kurang wajar.
"Hasil pemantauan terakhir, harga telur ayam di pasar tradisional sekitar Rp 28 ribu sampai 29 ribu per kilogram. Sementara harga daging ayam Rp 41 ribu sampai 42 ribu per kilogram," tutur Eric.