Senin 09 Jul 2018 16:24 WIB

Kala Harga Telur Ayam Tembus Rp 30 Ribu per Kilogram

Kenaikan harga telur ayam dirasakan pedagang sepekan terakhir.

Rep: Adinda Pryanka, Riga Nurul Iman, Lilis Sri Handayani, Ita Nina Winarsih/ Red: Andri Saubani
Harga Telur Ayam Naik Kembali. Pembeli memilih telur ayam negeri di pasar tradisional, Jakarta, Ahad (1/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Harga Telur Ayam Naik Kembali. Pembeli memilih telur ayam negeri di pasar tradisional, Jakarta, Ahad (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga telur ayam di sejumlah pasar tradisional di Jakarta mengalami kenaikan. Termasuk di antaranya di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat. Menurut pantauan Republika.co.id, Senin (9/7) siang, rata-rata harga telur ayam menyentuh angka Rp 28 ribu hingga Rp 29 ribu per kilogram.

Salah satu pedagang, Erman (30 tahun) mengaku, kenaikan ini sudah dirasakannya sejak sepekan setelah Lebaran atau pada tanggal 20-an Juni. "Naiknya pelan-pelan, dari Rp 23 ribu per kilogram saat Lebaran, naik Rp 1.000 sampai sekarang Rp 29 ribu," ujar Erman saat ditemui di tengah aktivitasnya berdagang.

Erman yang sudah lima tahun berdagang di Pasar Senen mengatakan, kenaikan ke angka Rp 29 ribu baru diterapkannya pada Ahad (8/7) pagi. Sebelumnya, sejak Senin pekan lalu (2/7), ia menjual seharga Rp 28 ribu per kilogram telur ayam.

Kenaikan ini terbilang merata di Pasar Senen Blok III. Pedagang lainnya, Azis (40 tahun), menjelaskan, kenaikan harga telur ayam tahun ini cenderung unik karena terjadi secara perlahan tapi pasti. "Biasanya, langsung meroket. Sekarang sih bertahap, tapi makin mahal dan mahal terus," tutur dia.

Di pasar tradisional Kota Sukabumi Jawa Barat, harga telur ayam sudah mencapai Rp 30 ribu per kilogram. Kenaikan harga dirasakan pedagang selama sepekan terakhir.

"Harga telur ayam mengalami kenaikan sejak pencoblosan pilkada beberapa waktu lalu," ujar seorang penjual telur ayam di Pasar Pelita, Kota Sukabumi, Sunan (29 tahun), Senin (9/7).

Sebelumnya kata Sunan, harga telur ayam hanya berada pada kisaran Rp 23 ribu hingga Rp 24 ribu per kilogram. Menurut Sunan, penyebabnya adalah pasokan telur dari distributor yang berkurang dan permintaan dari warga atau konsumen tetap tinggi.

Sunan memperkirakan harga telur ayam akan terus mengalami kenaikan. Diprediksi pada Selasa (10/7) harga telur ayam akan naik menjadi Rp 31 ribu per kilogram.

Salah seorang pembeli Neneng S (45) mengatakan, kenaikan harga telur ayam ini jelas memberatkan masyarakat. "Jika terus naik maka khawatir warga tidak mampu menjangkaunya," kata Neneng.

Begitu pun di Kabupaten Purwakarta, saat ini, harga telur ayam mencapai Rp 30 ribu per kilogram. Asep Budiman (45 tahun), pedagang sayuran asal Gg Flamboyan III, Kelurahan Nagri Kaler, mengatakan, telur di Pasar Leuwi Panjang Purwakarta mengalami kenaikan harga sejak sepekan terakhir.

Asep tak mengetahui penyebab naiknya harga telur. Namun, yang jelas harga telur di Pasar Leuwipanjang sangat merata, yakni Rp 30 ribu.

"Tetapi, jika sudah jadi langganan lama, harganya bisa ditawar jadi Rp 29 ribu per kilogram. Kalau bukan langganan, tidak bisa ditawar," katanya.

Harga telur ayam di pasar tradisional di Kabupaten Indramayu juga naik. Berdasarkan pantauan Republika.co.id di Pasar Baru Indramayu, harga telur ayam saat ini ada di kisaran Rp 28 ribu per kilogram. Bahkan, di warung-warung pengecer, harga telur ayam sudah mencapai Rp 30 ribu per kg.

Pekan lalu, telur ayam masih dijual Rp 26 ribu per kg. Bahkan setelah Idul Fitri, harga telur ayam masih di kisaran Rp 23 ribu per kg.

"Harga telur ayam saat ini bahkan lebih tinggi dari saat lebaran Idul Fitri kemarin," ujar salah seorang pedagang sembako, Yanti, Senin (9/7).

Baca juga:

Penjelasan Distributor dan Bantahan Mendag

Salah seorang distributor telur ayam, Setiawan, menjelaskan, kenaikan harga itu disebabkan seretnya pasokan dari para peternak di Blitar, Jawa Timur. Selama ini, Blitar memang menjadi pemasok utama telur ayam yang dijual di Kabupaten Indramayu.

Menurut Setiawan, saat ini banyak ayam petelur milik peternak di Blitar yang memasuki masa afkir (tidak produktif). Karenanya, ayam-ayam tersebut dijual untuk dijadikan ayam potong dan kemudian peternak menggantinya dengan ayam petelur yang masih muda.

"Untuk produktif bertelur lagi butuh waktu, jadi saat ini banyak yang kosong," kata Setiawan.

Setiawan mengatakan, berkurangnya pasokan telur dari peternak itu akhirnya menyebabkan harga menjadi naik. Apalagi, di sisi lain, permintaan saat ini justru meningkat seiring banyaknya warga yang menggelar hajatan pernikahan maupun syukuran menjelang keberangkatan haji.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita membantah adanya kenaikan harga telur ayam. Harga komoditas pangan itu dinilainya justru sudah menurun.

"Telur nggak (naik harganya), telur sudah turun," katanya Ahad (8/7) malam.

Kenaikan harga telur, kata Mendag, merupakan fluktuasi harga normal. Menurutnya, kenaikan harga tidak sampai Rp 2.000 per kg. "Ya fluktuasi Rp 1.000 - Rp 2.000 per kg, nggak ada soal," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement