REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kota Sukabumi Jawa Barat mulai mewaspadai dampak musim kemarau. Salah satunya dengan melakukan pemetaan kawasan yang rawan dilanda kekeringan.
‘’Sebenarnya di Sukabumi rata-rata masih normal,’’ ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami kepada Republika, Jumat (6/7). Hal ini di dasarkan pantauan di lapangan belum dilaporkan adanya kekeringan yang berdampak pada warga berupa kesulitan air bersih.
Meskipun demikian lanjut Zulkarnain, BPBD tetap mewaspadai dampak kekeringan. Langkah antisipasi diperlukan agar ketika terjadi kekeringan maka petugas dan masyarakat di lapangan bisa menghadapinya.
Upaya yang dilakukan ungkap Zulkarnain yakni pemetaan daerah rawan kekeringan di Kota Sukabumi. Berdasarkan pengalaman pada musim kemarau tahun sebelumnya kawasan yang rawan terdampak kekeringan adalah Kecamatan Baros, Cibeureum, dan Lembursitu (Bacile).
Selain itu lanjut Zulkarnain, petugas juga melakukan pemantauan kondisi hidrometeorologi yang berlangsung untuk zona Sukabumi. Sehingga dapat terpantau perkembangan daerah yang kekeringan di daerah.
Biasanya kata Zulkarnain ketika terjadi laporan warga yang terdampak kekeringan yakni kesulitan air bersih maka pemerintah akan segera membantu pasokan air bersih. Bantuan tersebut nantinya dikoordinasikan dengan instansi terkait lainnya seperti PDAM Kota Sukabumi. Namun hingga kini belum ada laporan warga yang kesulitan air bersih akibat kemarau.
Sementara di Jawa Tengah, beberapa daerah juga bersiap mengantisipasi terjadinya kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Di Kabupaten Wonogiri misalnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri telah memetakan sejumlah titik yang rawan terjadinya kekeringan dan kebakaran. BPBD Wonogiri pun telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi jika terjadi kekeringan dan kebakaran baik di wilayah hutan, lahan, maupun pemukiman warga.
“Berdasarkan info BMKG untuk Wonogiri itu kemarau sudah sejak April kemarin dan ini akan berlangsung prediksinya sampai September. Kita sudah melaksanakan rakor sebelumnya dan intinya persiapan terkait dampak kemarau,” tutur Kepala BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto belum lama ini.
Bambang menjelaskan memasuki musim kemarau, BPBD Wonogiri beserta stakeholder terkait telah berkoordinasi mengantisipasi sejumlah persoalan diantaranya yakni kebutuhan air baku, kebutuhan irigasi, kesehatan masyarakat karena perubahan musim, ketahanan pangan, hingga kebakaran lahan dan pemukiman warga. Bambang mengatakan ada sekitar 31 desa di 7 Kecamatan yang mendapat perhatian penuh lantaran masuk pada wilayah rawan kekeringan dan kebakaran.