REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti menilai bisa saja Jusuf Kalla (JK) menjadi king maker di pemilihan presiden (pilpres) 2018. Hal itu terlihat dari seringnya JK bertemu dengan petinggi parpol, termasuk yang berada diluar pemerintahan, hingga terlihat sering bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Jadi king maker ini seperti yang sedang diterapkan JK. Dia mencoba menciptakan kader sendiri. Dia sedang memerankan sebagai king maker itu. Nah, ini apakah berhasil ya kita enggak tahu," kata Ray pada Republika.co.id, Kamis (5/7).
Ia menilai, pertemuan JK dengan sejumlah pihak oposisi tersebut bukan untuk membuat poros ketiga. Akan tetapi, poros yang akan mejadi lawan pejawat Joko Widodo pada Pilpres 2019 mendatang.
"Saya melihat hanya ada dua poros. Poros Jokowi dan non Jokowi. Nah non Jokowi ini bisa AHY, Prabowo, bisa Anies," kata dia.
Apabila PKS tetap teguh berkoalisi bersama Gerindra untuk Pilpres 2019 maka partai lain yang belum menentukan arah seperti PAN dan Demokrat tidak akan bisa membuat poros alternatif. Pilihannya adalah mereka bergabung kepada poros Gerindra-PKS atau Jokowi.
Sebelumnya, JK dan Anies hadir di sebuah acara di Kantor Pusat Pimpinan Muhammadiyah, Rabu (4/7). Keduanya datang dalam satu mobil, yakni mengenakan mobil dinas wakil presiden berpelat nomor RI 2. Bukan kali itu saja, JK dan Anies juga pernah berada dalam satu mobil saat hadir bersamaan ke acara halal bihalal PBNU di kantor PBNU, Selasa (3/7) malam.
Tak hanya itu, pada Jumat (28/6) lalu, Jusuf Kalla bahkan mengantar Anies ke Balai Kota Jakarta seusai bersama-sama hadir dalam rapat koordinasi persiapan Asian Games di kantor Inasgoc. Dengan demikian, keduanya telah duduk dalam satu mobil yang sama sebanyak tiga kali dalam sepekan terakhir.
Baca juga: Jusuf Kalla Tolak Tawaran Demokrat Maju di Pilpres
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) telah menolak tawaran Partai Demokrat untuk maju dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019. Ketua Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi mengatakan, JK sudah menyatakan ingin pensiun.
"Ndak. Dia (JK) sudah tolak, dia tidak mau, sudah kasih tahu ke (Partai) Demokrat dia tidak bisa lagi. Dia mau pensiun saja, dia bilang. Pasti bantu Pak Jokowi lah, jadi apa pun dia tidak peduli," kata Sofjan Wanandi di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Rabu (4/7).
Terkait pendekatan yang dilakukan Partai Demokrat untuk mengusung Jusuf Kalla berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sofjan mengatakan JK tidak terlalu memikirkan hal itu. "Ya manuver-manuver politik (Demokrat) itu hak dia. Kita kan tidak bisa bilang apa-apa, sudah kita kasih tahu. Pak JK juga sudah kasih tahu langsung," ujarnya.