Kamis 05 Jul 2018 17:48 WIB

Dukungan TGB untuk Jokowi dan Kode Pilpres 2019

Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi mendukung Jokowi menjadi presiden dua periode.

Rep: Muhammad Nursyamsyi, Adinda Priyanka/ Red: Andri Saubani
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Gubernur NTB, TGB Zainul Majdi (kanan), berziarah di makam Pahlawan Nasional Maulana Syekh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid di Ponpes NW Pancor, Lombok Timur, NTB, Kamis (23/11).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Gubernur NTB, TGB Zainul Majdi (kanan), berziarah di makam Pahlawan Nasional Maulana Syekh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid di Ponpes NW Pancor, Lombok Timur, NTB, Kamis (23/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai tokoh alternatif yang tengah digadang-gadang menjadi calon pemimpin masa depan dari kalangan Islam, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) belakangan mengeluarkan pernyataan mengejutkan. TGB mendukung Joko Widodo (Jokowi) menjadi presiden untuk periode 2019-2024.

TGB menyampaikan, pernyataan tersebut dilandaskan berdasarkan sejumlah pertimbangan. "Semata karena pertimbangan maslahat bangsa, umat, dan akal sehat agar pembangunan yang tengah berjalan di seluruh penjuru bisa dituntaskan dengan maksimal sesuai hajat masyarakat," ujar TGB kepada Republika.co.id, Kamis (5/7).

TGB yang sudah dua periode menjabat sebagai gubernur NTB sejak 2008 menilai, proses pembangunan membutuhkan waktu yang tidak singkat. "Pengalaman saya di NTB, tidak cukup satu periode untuk menuntaskan tugas-tugas besar membangun daerah, apalagi membangun Indonesia yang sangat luas dan kompleks ini," ungkap TGB.

Dukungan TGB untuk Jokowi ini tentunya membuat gembira pendukung Jokowi dan partai pro-pemerintah. Sebaliknya, pihak oposisi tentunya terkaget-kaget dengan pernyataan TGB. Demokrat sebagai partai tempat TGB bernaung pun langsung memberikan klarifikasi bahwa pernyataan TGB mendukung Jokowi tidak merepresentasikan pandangan politik partai besutan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.

photo
Hasil Survei Cawapres Jokowi dan Prabowo

Pengamat politik dari Universitas Indonesia Cecep Hidayat mengatakan, dukungan TGB Zainul Majdi terhadap Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinan di periode kedua dapat diartikan dalam berbagai aspek. Di antaranya, keinginan TGB untuk maju Pilpres 2019 tanpa melalui Partai Demokrat, tempatnya bernaung.

Cecep menilai, keinginan tersebut sebagai hal yang wajar. TGB sendiri sudah melalui dua periode sebagai gubernur Nusa Tenggara Barat dan berpotensi melanjutkan kiprahnya dalam bidang politik. "Sedangkan, fakta di lapangan, Demokrat sudah menggadang-gadangkan calonnya, yakni AHY," ujarnya, Kamis (5/7).

Fakta tersebut menyebabkan posisi politik TGB ‘mentok’ dan rasanya tidak mungkin maju dari Demokrat. Padahal, menurut Cecep, TGB memiliki latar belakang yang baik, masih muda, dan terbilang berhasil memimpin NTB. Ia juga memiliki massa yang tidak sedikit dan mendapat dukungan secara nyata.

Dengan mendukung Jokowi untuk dua periode, TGB terlihat memiliki harapan agar bisa dilirik Jokowi. Selama ini, keduanya juga diketahui sering menjalin komunikasi meski masih sebatas pembangunan NTB dan nasional. Tapi, Cecep menilai, tidak menutup kemungkinan pembicaraan terkait pilpres sempat muncul di antara mereka.

Jokowi-TGB sebenarnya bukanlah pasangan baru dalam bursa Pilpres 2019. Menurut Cecep, pasangan ini memiliki kesempatan besar untuk menang karena saling melengkapi. "Mereka mewakili sosok nasionalis dan agamis. Secara wilayah, Jokowi kuat di Jawa dan TGB di daerah Indonesia bagian tengah dan timur. Mereka komplementer," ucapnya.

Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito mengatakan, dukungan TGB untuk Jokowi pastinya bukan tanpa alasan. TGB, kata Arie, tengah membangun panggung bagi citra positif politik dirinya. Masa pascapilkada dan menjelang pendaftaran pasangan Pilpres 2019 menjadi momentumnya.

Figur Jokowi yang begitu kuat memengaruhi hasil pilkada disinyalir menjadi alasan TGB memberinya dukungan. TGB pun ingin memperjelas posisi politiknya, apalagi dia pun masuk bursa capres dan cawapres.

 

"Dukungan ini menjadi bagian dari upaya TGB dalam membangun image positifnya," ucap pengamat politik UGM, Arie Sujito .

 

Hasil Survei dan Dukungan Relawan 

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pernah merilis hasil survei mengenai capres dan cawapres potensial di pilpres mendatang. Berdasarkan hasil survei, TGB ada di antara tiga nama yang meraih indeks tertinggi dalam hal kelayakan sebagai cawapres mendampingi Jokowi.

Selain TGB, ada nama Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Menurut survei LSI, nama TGB teratas saat survei mencari cawapres Jokowi dari kalangan berlatar belakang tokoh Islam.

Relawan Jokowi di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mendeklarasikan dukungan terhadap pasangan Jokowi-TGB di Pilpres 2019. Deklarasi pasangan calon presiden dan wakil presiden ini dilakukan oleh sejumlah relawan Jokowi di NTB, antara lain, Projo NTB, Seknas Jokowi NTB, Galang Kemajuan (GK) Jokowi NTB, dan Kawan Jokowi NTB.

Pembacaan deklarasi diwakili Ketua GK Jokowi NTB Iwan Harsono yang digelar di Hotel Golden Palace, Mataram, NTB, pada 9 Juni. "Pasangan Jokowi-TGB ini sangat layak menjadi capres atau cawapres, keduanya adalah kombinasi ideal sebagai pemimpin nasional ke depan," kata Iwan.

Menurut Iwan, tim relawan Jokowi di NTB optimistis TGB tepat sebagai pendamping Jokowi. Apalagi, konsep geopolitik gabungan Jawa-luar Jawa dan perspektif nasionalis-religius dinilai layak dipertimbangkan dalam pengusungan pasangan capres dan cawapres 2019.

Pertimbangan lainnya, kata Iwan, nama TGB masuk dalam sejumlah survei secara nasional. Seperti yang disampaikan lembaga survei Kedai Kopi yang menunjukkan elektabilitas TGB sebesar 6,2 persen dalam bursa cawapres. Survei Median pada 24 Maret-6 April 2018 menunjukkan elektabilitas TGB sebesar 2,5 persen dari total 1.200 responden yang ditanya mengenai pilihan cawapres.

Jika memang tujuan TGB adalah menuju kursi Pilpres 2019, momentum dukungannya kepada Jokowi sepertinya tepat. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto pernah mengatakan, pembahasan dan penetapan calon wakil presiden pendamping Jokowi di Pilpres 2019 akan dilakukan setelah Pilkada 2018.

"Dalam menentukan cawapres pendamping Jokowi harus melalui proses pencermatan secara memdalam. Karena, yang dicari adalah pemimpin yang mau bekerja untuk rakyat," kata Hasto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement