REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sub Divre Bulog Cirebon, Jawa Barat, optimistis bisa memenuhi target menyerap gabah petani sebanyak 110 ribu ton setara beras. Alasannya hingga bulan Juni 2018 Bulog Cirebon sudah meyerap 45 ribu ton setara beras.
"Sampai bulan Juni 2018 kita sudah menyerap 45 ribu ton atau 41 persen dari yang ditargetkan," kata Kepala Sub Divre Bulog Cirebon, Dedi Apriliyadi melalui Kasi pengadaan beras Bulog, Dadang Unandang di Cirebon, Selasa (3/7). Bulog Cirebon, kata Dadang, ditargetkan bisa menyerap gabah petani yang berada di Cirebon, Majalengka dan Kuningan sebanyak 110 ribu ton setara beras.
Dengan target tersebut, dia merasa optimistis bisa terpenuhi, karena pada tahun 2018 ini gabah petani sedang bagus dan tidak terkena hama apa pun. "Jadi dengan waktu yang masih tersisa, kami pastikan bisa memenuhi target, karena juga akan masuk musim panen kedua," ujarnya.
Menurutnya, saat ini Bulog Cirebon bisa menyerap gabah petani per hari mencapai 700 sampai 800 ton dan ini tentu menunjukkan penyerapannya baik.
Namun demikian, untuk mendistribusikan hasil serapan yang banyak ini Bulog merasa kesulitan karena program bantuan pemerintah sudah tidak ada lagi. "Saat ini kita hanya bisa menyerap beras tanpa mengeluarkan dan ini tentu membuat sulit," katanya.
Dengan dihilangkannya program Rastra (beras sejahtera) dari pemerintah, kata Dadang, membuat distribusi beras dari Bulog tidak berjalan lagi dan itu tentu membuat beras menumpuk di gudang.
Padahal Pemerintah terus memerintahkan Bulog untuk menyerap gabah para petani dan ini tentu menjadi kendala sendiri bagi Bulog Cirebon.
"Setelah Rastra ditiadakan, hingga kini beras kami masih tersimpan di gudang dan belum keluar dari awal tahun 2018," ujarnya.