Ahad 01 Jul 2018 19:05 WIB

Kepadatan Penumpang di Bandara Minangkabau Baru Terurai Juli

Penumpang yang dilayani setiap harinya mencapai 13 ribu orang.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Keramaian penumpang arus balik di Bandara Minangkabau masih terasa pada Sabtu (23/7) atau H+8 Lebaran. Angkasa Pura II mencatat, nyaris 50 ribu orang sudah meninggalkan Sumatra Barat melalui udara selama arus balik, H+1 hingga H+7 kemarin.
Foto: Dok AP II BIM
Keramaian penumpang arus balik di Bandara Minangkabau masih terasa pada Sabtu (23/7) atau H+8 Lebaran. Angkasa Pura II mencatat, nyaris 50 ribu orang sudah meninggalkan Sumatra Barat melalui udara selama arus balik, H+1 hingga H+7 kemarin.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepadatan penumpang di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang Pariaman, Sumatra Barat (Sumbar), masih terjadi hingga Ahad (1/7) atau lebih dari dua pekan setelah Lebaran 1439 H. Suasana arus balik masih terlihat di BIM, terbukti dari masih tingginya jumlah pergerakan penumpang hingga hari ini. 

Humas PT Angkasa Pura II (persero) Cabang BIM, Fendrick Sondra, menyebutkan jumlah penumpang yang dilayani per hari masih bertahan di angka 13 ribu orang. Padahal saat musim normal, BIM hanya melayani sekitar 9.000 orang penumpang per harinya. Masih tingginya permintaan atas tiket pesawat juga bisa dilihat dari kebijakan maskapai Lion Air yang masih menggunakan pesawat berbadan lebar, Airbus 330, untuk rute Padang PP demi mengangkut penumpang lebih banyak.

"Artinya arus balik masih ada. Harga tiket juga masih tinggi. Kemungkinan kembali normal pada pertengahan atau akhir Juli ini," ujar Fendrick, Ahad (1/7).

Berdasarkan pengamatan Republika.co.id, harga tiket pesawat rute Padang-Jakarta masih bertengger di kisaran Rp 1,5 juta ke atas untuk jenis maskapai dengan pelayanan minimum. Sementara rute sebaliknya, Jakarta-Padang, tarifnya mulai turun ke level Rp 800 ribu. Bandara Minangkabau juga sedang bersiap melayani jamaah calon haji, dengan keberangkatan Kloter 1 pada 17 Juli 2018. 

"Maskapai diminta untuk tidak mengajukan slot ekstra maupun penambahan rute pada jam-jam yang telah kita tetapkan sebagai jam rawan. Karena, akan sangat mengganggu pergerakan di semua area sisi udara," jelas Fendrick. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement