REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Masyarakat Sumatra Utara memiliki kedewasaan berpolitik yang sangat baik dalam menyikapi perbedaan pendapat dan perbedaan pilihan. Kedewasaan berpolitik itu dapat dilihat dari proses pemilihan gubernur dan wakil gubernur baru-baru ini.
Sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara Dr Ansari Yamamah mengatakan, meski muncul perdebatan dan kelompok dukungan, tetapi situasi keamanan selalu terjaga dengan baik usai pemungutan suara. Akademisi yang juga Ketua Badan Komunikasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin) Sumatera Utara itu merasa pantas untuk mengucapkan selamat kepada masyarakat yang mampu menjalankan pesta demokrasi dengan baik tersebut.
"Siapapun yang terpilih, kita mampu menarimanya dengan lapangan dada dan besar hati demi kelancaran pembangunan Sumatera Utara ke depan," katanya di Medan, Ahad (1/7).
Menurut Ansari, masyarakat layak bersyukur karena telah dapat menyelenggarakan pemilihan gubernur dan wakil gubernur dengan lancar dan damai. Pendukung dan tim pemenangan juga diharapkan dapat menerima hasil pilkada tersebut dengan baik, terutama setelah ditetapkan oleh KPU secara resmi.
"Jaga kondusivitas yang telah terbina. Jangan karena pilkada, terganggu kondusivitas kita," katanya.
Alumni Leiden University Belanda tersebut juga mengharapkan gubernur dan wakil gubernur Sumatra Utara yang terpilih nantinya dapat merealisasikan program dan janji kampanye yang disampaikan kepada masyarakat.
Sebelumnya, KPU Sumatera Utara menggelar pemungutan suara untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur pada 27 Juni 2018 yang diikuti dua pasangan calon. Pasangan nomor urut 1 adalah pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah yang didukung PAN, PKS, Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Hanura, dan Partai Gerindra.
Nomor urut 2 adalah pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus yang didukung PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dari proses penghitungan cepat, pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah dinyatakan meraih kemenangan.