REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menargetkan menuntaskan proses konversi angkot menjadi bus di periode kedua kepemimpinannya. Target itu sebagai salah satu tahapan dalam pengurai persoalan kemacetan, PKL, dan juga persampahan.
"Target utama saya dan Kang Dedie (calon wakil-red) menuntaskan proses konversi," katanya di Bogor, Sabtu (30/6).
Menurutnya, proses konversi di tahun ini sudah berjalan. Direncanakan, dalam waktu dua hingga tiga tahun, program tersebut jauh lebih terasa lagi ketika bus lebih banyak masuk, dan angkot semakin ke pinggir.
"Itu PR paling utama, dan saya akan habis-habisan," ujarnya.
Ia menambahkan jika persoalan angkot selesai, maka persoalan PKL juga akan selesai, begitu pula persoalan kesemberawutan oleh sampah. Menurutnya, dengan konversi angkot menjadi bus, tidak akan ada lagi angkot yang berhenti sembarangan, otomatis tidak ada PKL, karena PKL berkumpul mengikuti angkot.
"Ketika PKL sudah tidak ada lagi, maka sampah juga tidak akan ada. Jadi kita akan fokus betul untuk proses konversi," lanjutnya.
Salah satu komponen mendukung terlaksananya konversi angkot adalah persoalan subsidi yang diyakininya tahun depan sudah dikucurkan. "Saya pastikan subsidi akan dikucurkan tahun depan, subsidi ini untuk proses konversi," katanya.
Menurut dia terhambatnya proses konversi di tahun ini dikarenakan persoalan subsidi yang belum tuntas, belum mendapat persetujuan dari DPRD Kota Bogor. Lulusan Monas University ini mengatakan, menyelesaikan persoalan kemacetan dengan skema rerouting dan konversi angkot menjadi bus ini cukup rumit, dan tidak semua warga paham.
Banyak warga mempertanyakan kinerjanya selama tiga tahun ini dalam hal penyelesaian persoalan kemacetan. "Tidak mudah untuk menjelaskannya, makanya kita gunakan bahasa sederhana, konversi menguraikan angkot menggantikannya dengan bus," terangnya.
Ia menambahkan, jika tahun depan subsidi dikucurkan, dan rerouting serta konversi angkot berhasil dijalankan, ia yakin hal itu akan dapat mengubah wajah Kota Bogor.