REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan mengatakan, kesalahan partai politik (parpol) dalam mengusung calon kepala daerah hanya berdasarkan faktor kedekatan dengan elit partai. Akibatnya banyak partai besar yang kalah dalam perhelatan Pilkada serentak 2018 yang baru saja digelar.
Firman mengatakan parpol di Indonesia saat ini banyak yang dikuasai oleh sekelompok elit yang memegang kendali atau oligarki. Sehingga dalam pencalonan kepala daerah tidak didasarkan pada kualitas sosoknya. "Oligarki partai menyebabkan ketika seleksi menempati jabatan publik tidak didasarkan oleh kualitas tapi kedekatan. Jadi seberapa dekat dengan elit-elit partai. Orang-orang yang dekat itulah yang diusung," kata Firman kepada Republika.co.id, Jumat (29/6).
Hal ini dinilainya sebagai suatu kesalahan yang harus menjadi pelajaran bagi parpol dalam proses Pilkada tahun ini. Apalagi tahun depan ada pesta demokrasi yang jauh lebih besar yakni Pileg dan Pilpres. Menurutnya, saat ini masyarakat semakin berkurang kepercayaan terhadap parpol. Karenanya sosok yang diusung harus benar-benar diperhitungkan secara matang kualitas dan integritasnya.
"Masyarakat semakin cerdas saat ini dalam berpolitik. Tingkar kepercayaan terhadap parpol juga berkurang seiring banyaknya kasus-kasus korupsi kader-kader partai," ujarnya.
Selain itu, politik dinasti dinilainya menjadi penyebab kaderisasi tidak berjalan dengan baik. Sosok kader yang sebenarnya memiliki kualitas yang baik akhirnya tidak bisa muncul karena faktor kepentingan politik dinasti. Ia mengungkapkan partai-partai besar seperti PDI Perjuangan dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memiliki sistem kaderisasi partai yang cukup tertata dibanding partai lainnya. Namun, oligarki partai juga cukup kental di partai ini.
"Partai PKS dan PDIP sebenarnya punya pola rekrutmen kaderisasi yang cukup tertata. Tapi masalahnya di muara, yaitu oligarki politik ini. Karena kalau idealnya siapa yang diusung partai itu yang berminat diseleksi secara demokrasi, atau yang kita kenal dengan konvensi," ujarnya.
Ia berharap ke depannya parpol betul-betul memperhitungkan kualitas sebagai faktor utama menentukan calon pemimpin. Sehingga masyarakat bisa memilih dan kembali percaya pada parpol.