REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat masih menantikan hasil perhitungan suara yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penghitungan resmi. Namun,hasil dari quick count beberapa lembaga survei telah berseliweran di masyarakat.
Dalam pilkada serentak 2018 ini, wilayah Jawa menjadi pusat perhatian, khususnya Pilkada Jawa Barat (Jabar), karena jumlah pemilihnya terbanyak di Indonesia. Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan, hasil quick count atau hitung cepat dan KPU kemungkinan akan sama, berkaca dari hasil pilkada pada 2013 lalu.
"Quick count dan hasil Pilkada Jabar 2018 yang perlu dicatat adalah hasil quick count berbagai lembaga tahun 2018, mirip satu dengan yang lainnya seperti halnya 2013 yang lalu," ujar Qodari dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (28/6).
Pilkada Jabar 2013 diikuti lima pasangan calon. Sejumlah lembaga survei juga mengadakan hitung cepat yang disiarkan televisi dan ternyata hasilnya juga mirip satu dengan yang lain.
Saat itu, pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar unggul atas Rieke Dyah Pitaloka dan Teten Masduki. Dalam quick count Indo Barometer di Jabar 2013 tersebut, misalnya, pasangan Heryawan dan Mizwar unggul dengan perolehan 32,38 persen atas paslon Rieke dan Teten yang mendapat 27,18 persen, selisih mereka 5,2 persen.
Di antara lima lembaga survei, selisih paling besar ada pada Lembaga Survei Indonesia yakni 5,84 persen (Heryawan-Mizwar 33,21 persen, Rieke-Teten 27,37 persen). Adapun selisih terkecil ada di SMRC 3,31 persen (Heryawan-Mizwar 32,38 persen versus Rieke-Teten 29,07 persen).
"Dari hasil quick count 2013 tampak hal yang menarik, yakni distribusi kekuatan paslon (pasangan calon) yang mirip pola bahkan angkanya dengan quick count 2018. Buat saya, ini faktor suara pemilih yang cair di Jabar. Bisa juga ada faktor yang lain. Yang jelas, hasil quick count di hari pencoblosan itu ternyata mirip dengan hasil akhir menurut hitungan resmi KPUD Jabar," ujar dia.
Sementara itu, hasil hitung cepat Pilkada Jabar 2018 menampilkan persaingan antara pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum (Rindu) versus Sudrajat dan Syaikhu (Asyik). Dalam hitung cepat Indo Barometer, selisih kedua paslon adalah 3,86 persen (Rindu 32,40 persen dan Asyik 28,54 persen). Dalam hitung cepat tujuh lembaga lain, selisih itu bervariasi. Paling kecil SMRC 2,68 persen (Rindu 32,26 persen; Asyik 29,28 persen) dan paling besar Indikator Politik Indonesia 5,05 persen (Rindu 34,33 persen; Asyik 29,28 persen).
Meski memiliki pola serupa, Qodari tetap mengajak masyarakat untuk tetap menunggu hasil resmi dari KPU. "Untuk dapat memperoleh hasil yang pasti dan final, kita menunggu hitungan resmi KPUD sampai diumumkan nanti," kata dia.