Jumat 29 Jun 2018 02:58 WIB

Tak Siapkan Mental, Calon Pemimpin Daerah Kalah Bisa Stres

Mental kandidat calon kepala daerah harus siap dengan hasil pilkada.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolanda
Wartawan memperhatikan proses hitung cepat (quick count) Pilkada 2018 melalui layar computer di Kantor LSI, Jakarta, Rabu (27/6).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Wartawan memperhatikan proses hitung cepat (quick count) Pilkada 2018 melalui layar computer di Kantor LSI, Jakarta, Rabu (27/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) cabang DKI Jakarta Nova Riyanti Yusuf menyebut para calon pemimpin daerah yang kalah dalam pemilihan umum kepala daerah (pilkada) 2018 yang digelar Rabu (27/6) kemarin bisa saja mengalami stres akut atau malu apabila tidak menyiapkan mental sejak awal. Padahal, dalam kompetisi pasti ada yang menang dan ada yang kalah.

Menurutnya, si calon yang kalah dalam pemungutan suara rakyat tersebut bisa saja mengalami proses adaptasi apabila menyikapi kekalahan ini ibaratnya mengalami penyakit katastropik atau bencana alam. Ia mengakui kalau kondisi seperti itu bisa memunculkan stres akut. Selain itu, kata dia, ada juga kandidat yang kalah biasanya merasakan tekanan malu karena tak bisa meraih suara tertinggi. 

"Padahal, seharusnya mereka tak usah malu karena dalam kompetisi pasti ada yang menang dan ada yang kalah," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (28/6).

Baca juga, Sultan Cirebon Apresiasi Pilkada Damai

Ia mengatakan, mungkin kandidat tersebut merasa dirinya bagus, tapi nyatanya masyarakat memilih hal yang berbeda. Pasalnya, politik kerap memunculkan hasil yang tidak diduga.

Ia mencontohkan, tren seperti ini terjadi di Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu dengan dua calon presiden Hillary Clinton dan Donald Trump. Menurutnya, banyak kalangan menilai Hillary lebih logis dan lebih bisa diterima dunia. Faktanya, Trump menjadi presiden AS menggantikan Barack Obama. Jadi, kata dia, kondisi tersebut menunjukkan kondisi bisa diperhitungkan seperti satu tambah satu sama dengan dua. 

Baca juga, Dominasi Senyap Parpol Islam dalam Pilkada Serentak

Ia meminta sejak awal mental sang kandidat kepala daerah tersebut memang harusnya siap menang atau kalah. "Kalau sudah disiapkan mentalnya maka tidak terlalu parah," ujar perempuan yang juga psikiater departemen kesehatan jiwa masyarakat Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan (Grogol) Jakarta tersebut.

Kandidat harus menunjukkan jiwa yang besar. Perempuan yang pernah menjadi anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) periode 2009-2014 ini meminta kandidat yang kalah jangan terlalu bawa perasaan (baper) pada hasil pilkada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement