Jumat 29 Jun 2018 04:38 WIB

Tujuh RS di DIY Terima Penghargaan Tata Kelola Limbah Medis

Pengelolaan limbah medis penting dilakukan untuk menjaga lingkungan tetap bersih.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Friska Yolanda
Sebuah alat berat amrol sedang mengangkut limbah medis yang tercampur dengan sampah biasa di tempat pembuangan sampah sementara di Desa Panguragan Wetan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jumat (8/12). Limbah medis yang termasuk dalam bahan beracun dan berbahaya (B3) itu menumpuk di tempat tersebut.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Sebuah alat berat amrol sedang mengangkut limbah medis yang tercampur dengan sampah biasa di tempat pembuangan sampah sementara di Desa Panguragan Wetan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jumat (8/12). Limbah medis yang termasuk dalam bahan beracun dan berbahaya (B3) itu menumpuk di tempat tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan kembali menggelar Seminar Nasional Hakli. Dalam kesempatan itu, tujuh rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menerima penghargaan tata kelola limbah medis.

Penghargaan secara simbolis diberikan Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, di Java Village Resort Kabupaten Sleman, Kamis (28/6). Tujuh rumah sakit dianggap telah menerapkan sistem 3R yaitu recyle, reuse dan reduce.

Penilaian dari pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) masing-masing rumah sakit. Ada RS Dr Sardjito, RS Panti Rapih, RS Bethesda, RS Jogja, RSUD Panembahan Senopati Bantul, RSUD Sleman, PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan CV Timdis.

Ketua Panitia, Arif Wibowo mengatakan, penyerahan penghargaan dilakukan bersamaan dengan kegiatan halal bihalal (syawalan) dan seminar nasional bertema Pengelolaan B3 Fasyankes dalam Keadaan tidak Biasa.

Selain itu, turut dikukuhkan pengurus Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman. Arif berharap, semua rangkaian kegiatan itu dapat meningkatkan tali persaudaraan yang ada.

"Dan meningkatkan kerja sama antarprofesi ahli kesehatan lingkungan," kata Arif.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun menuturkan, seminar nasional tentang limbah medis merupakan langkah yang tepat menciptakan tenaga kesehatan yang sadar mengenai pentingnya pengelolaan limbah medis.

Tujuannya, lanjut Sri, tidak lain demi mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. Ia berharap, seminar nasional semakin meningkatkan kesiapan tenaga kesehatan untuk meningkatan kompetensi yang ada selama ini.

"Sehingga, lebih berdaya saing dalam dunia profesinya," ujar Sri.

Sri mengingatkan, posisi dan peran Hakli sangat strategis dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Harapannya, semua itu jadi langkah strategis menimba ilmu, hingga dapat diterapkan ke rumah sakit dalam pengelolaan limbah B3 memakai sistem 3R. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement