Kamis 28 Jun 2018 01:06 WIB

Ini Pidato 'Kemenangan' Edy Rahmayadi, Cagub Sumut

Edy mengajak seluruh warga untuk bersatu memajukan Sumut.

Pasangan calon gubernur Sumatera Utara nomor urut 1 Edy Rahmayadi - Musa Rajekshah menyampaikan orasi kemenangan di Posko Pemenangan Eramas, Kota Medan, usai unggul dalam hasil hitung cepat pada Rabu (27/6).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Pasangan calon gubernur Sumatera Utara nomor urut 1 Edy Rahmayadi - Musa Rajekshah menyampaikan orasi kemenangan di Posko Pemenangan Eramas, Kota Medan, usai unggul dalam hasil hitung cepat pada Rabu (27/6).

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Issha Harruma

Kejutan terjadi pada pilgub Sumatra Utara (Sumut). Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan hasil kurang menggembirakan bagi pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus maupun partai pengusung mereka.

Pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah unggul 57,07 persen berdasarkan hitung cepat. Pasangan ini disokong enam partai yakni PAN, PKS, Nasdem, Hanura, Gerindra, dan Golkar. Berikut pidato kemenangan Edy di Posko Pemenangan Eramas di Medan, Rabu (27/6).

Yang saya hormati orang tua saya, rekan-rekan saya. Saya lihat vanyak teman saya di sini. Yang saya hormati adik-adik saya. Terkhusus kepada ketua partai dan anggota partai semua. Yang saya cintai dan saya hormati.

Para relawan yang mendukung Eramas. Yang saya hormati para wartawan. Yang saya hormati seluruhnya saudara se-Sumatera Utara. Baik yang mendukung saya maupun yang tak mendukung saya.

Puji syukur kehadiran Tuhan yang Maha Besar atas limpahan ramat dan taufik-Nya serta berkat-Nya, ridho-Nya.Ssaat ini saya bisa berdiri menyapa saudara-saudara saya yang hadir pada sore ini di tempat ini atau pun tempat lain.

Karena semua ini sehingga hal ini terjadi. Bayangkan kalau nggak ada lawan kita, nggak ada juga yang berseberangan di antara kita. Ini juga yang mengantar kita, memotiviasi kita untuk kita menang. Kalau tidak ada lawannya, tidur-tidur terus kita nanti. Oleh karena itu perlu kita panjatkan puji syukur itu.

Saudara-saudara saya, apresiasi untuk Sumatra Utara, untuk rakyat Sumatra Utara. Saya sempat khawatir tidak sampai 50 persen. Tapi saat ini, begitu punya motivasi rakyat Sumut. Getaran-getaran di daerah mana-mana saya dengar.

Saya bangga sekali. Yang selama ini Sumut dibilang tak punya kepribadian, tak bermartabat, kita buktikan pada pilkada ini. Yang katanya kita berada di nomor 31 apatis tentang demokrasi. Bisa kita buktikan bahwa kita berada di 5 besar di 34 provinsi.

Dan ini harus kita pelihara. Ini yang pertama yang perlu saya sampaikan.

Saya minta maaf ini saya terlambat. Saya beragama Muslim. Saya harus berangkat ke masjid Agung yang selama ini saya sering datang ke sana karena saya sedang membantu pembangunan masjid di sana.

Tetapi gara-gara saya takut masjid itu dijadikan provokasi fitnah sehingga saya tak pernah datang ke sana. Karena masjid itu rumah Tuhan, rumah Allah bagi kaum Islam. Kalau Nasrani gereja, kalau Hindu pura, dan lainnya.

Dia lebih besar dari kita semua. Terpaksa saya yang mengalah. Selama Pilkada saya hampir tak pernah ke masjid Agung. Saya datang ke masjid Agung harus sembunyi-sembunyi. Karena saya rindu saya datang dengan sembunyi-sembunyi.

Saudara-saudara, pada saat saya berniat jadi gubernur Sumatra Utara, saya bersujud di masjid Agung itu karena saya Muslim. Kalau sempat saya bersujud di gereja disangka orang gila. Atau bersujud di tepekong atau di pura. Ditangkaplah saya sama orang Muslim, diruqyah.

Tapi saya datang, saya sujud, saya panjatkan puji syukur kehadiran tuhan yang maha besar, jadi saya terlambat. Tahu-tahu di sana sudah dipegang orang.

Ini yang pertama. Saya ucapkan terima kasih. Kemenangan kita ini kemenangan Eramas ini adalah kemenangan Sumut. Kemenangan Sumut harus bermartabat.

Yang kedua, bahwa kita percaya dan ini ada dasarnya, quick count, yang saat ini kita hitungannya. Saudara-saudara, perbedaan kita dari paslon dua 13 persen. Saudara saya, dasar dari quick count itu. (Musa Rajekshah datang -- pidato berhenti)

Dengan dasar quick count yang perbedaannya 13 persen, dengan percaya diri kita mengakui itu. Bukan berarti itu sah. Itu belum sah. Karena yang dinyatakan dalam UU adalah hitungan secara manual yang nanti diumumkan oleh KPU.

Tapi ini sudah 13 persen, ini menggambarkan hasil sementara yang kurang lebih, limit ke atas dan limit ke bawah, katakanlah kalau salah itu 5 persen, berarti masih jauhlah urusannya. Bukan yang saya sampaikan untuk itu. Mari kita jaga sama. Kita kawal.

Yang ketiga, dengan berakhirnya pencoblosan tadi jam 13.00 berarti berakhirlah perbedaan pendapat tentang Sumatra Utara. Saya nggak mau ini diperpanjang. Karena sudah selesai dia yang diatur dalam sistem demokrasi Indonesia.

Ini sah hukumnya. Tak ada yang cerita kalau. Karena kalau cerita kalau, buatnya kalau juga dia. Apalagi ada orang-orang yang tak terima, ada wadahnya dia. Maish juga tak terima dia, tunggu lima tahun yang akan datang.

Dengan berakhirnya tahap itu, berarti sudah berakhir pada tahap evaluasi, yang enam bulan kita kampanye sehingga rakyat ini memberikan amanahnya kepada siapa? Kalau memang amanah itu diberikan oleh rakyat, atas rahmat dan ridho Tuhan yang Maha Besar, Eramas wajib menjalankan amanah itu. Sudah pasti tahu, dasarnya ini adalah kekuasaan.

Saudara-saudara, ini yang paling penting. Kami tak semata-mata mengejar menjadi gubernur. Tapi kami mencari legalitas untuk membangun Sunatra Utara ini dalam rangka realisasi visi dan misi sehingga tercapainya Sumatra Utara bermartabat.

Karena UU menyatakan itu, tanpa kekuasaan, realisasi itu tak akan pernah tercapai. Legalitasnya ada di kekuasaan. Ini yang mau kita rebut. Mau kita kembalikan bahwa Sumatra Utara harus bermartabat. Harga diri kita Sumatra Utara.

Saya tak mau lagi Sumatra Utara dibilang tempat penyamun, Sumut tempat korupsi.

Saudara-saudara saya, mari kita awal bersama-sama. Kita dudukkan guru-guru kita ini, ulama-ulama kita ini sebagai penasihat. Kita dudukkan universitas-universitas ini, yang ahli di bidangnya, berbicaralah kalian untuk membangun Sumatra Utara ini.

Saudara-saudara saya, ini yang ingin saya sampaikan. Tak ada cerita lain. Mungkin saya terlalu tua untuk jadi gubernur. Saya turun seumur ini karena yang muda-muda masih tak ada yang berani.

Tapi saya ingin ke depan, harus ada calon-calon gubernur berikutnya yang punya budi pekerti, yang punya ilmu. Bukan dari mana-mana diambil.

Yang terakhir adalah kita bersyukur kepada tuhan yang maha besar. da rencana katanya kita jalan-jalan di luar. Bukan saya tak mau. Tapi itu tak baik. Tak bagus itu.

Saya ingin Nasrani di ujung sana, yang Islam di ujung sana, kita berdoa dan kita bersyukur. Itu tandanya kita bertuhan. Kalau kita keliling-keliling sana, kita ganggu rakyat jalan. Belum-belum kita sudah menyusahkan rakyat.

Yakinlah kalau ini milik kita, kalau ini amanah rakyat, kalau ini ridho tuhan, tak akan kemana itu. Saya tenang-tenang saja, tapi tugas dan kewajiban saya harus saya lakukan.

Saudara-saudara saya, awal dari kerja kita, Eramas setelah nanti dinyatakan secara, sah saya akan sampaikan ke masyarakat semua, saya akan bicara prioritas 100 hari ke depan. Kawal ini dan kita jadikan ini benar. Kita kembalikan kenyamanan Sumatra Utara kita ini.

Sekali lagi saya beserta Ijek, Musa Rajekshah, Eramas, kami janji di depan rakyat Sumatra Utara, demi Allah, demi Tuhan yang Maha Besar, demi amanah rakyat. Sama-sama kita jadikan Sumatra Utara ini menjadi Sumatra Utara yang bermartabat

Terima kasih saudara-saudara saya. Tak baik kita lama-lama berteriak.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement