Selasa 26 Jun 2018 14:04 WIB

Lima Tip Move On Setelah Pilkada Serentak 2018

Baik penguasa maupun oposisi tidak boleh memproduksi dan menyebarkan hoaks.

Rep: Maman Sudiaman/ Red: Ratna Puspita
Ilustrasi Kampanye Pilkada
Foto: Foto : MgRol_93
Ilustrasi Kampanye Pilkada

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilkada serentak dilaksanakan di 171 daerah pada Rabu (27/6) besok. Inilah pesta demokrasi terbesar dalam sejarah Indonesia, yang bakal diikuti 512 pasangan calon dan 512 tim media sosial.

Hariqo Wibawa Satria dari Institut Media Sosial dan Diplomasi (Komunikonten) mengapresiasi 512 tim medsos kandidat. Ia mengatakan, meski masih ada kampanye hitam, fitnah, hoaks, dan penyalahgunaan isu SARA, jumlahnya tidak banyak.

“Kesadaran timses dan warga meningkat bahwa hoaks bisa memecah hubungan keluarga, bahkan NKRI. Ini patut kita apresiasi,” ujar Hariqo di Jakarta dalam siaran persnya, hari ini.

Atas kondisi itu, lanjutnya, Komunikonten memberikan lima tip untuk move on setelah pilkada serentak:

Pertama, saling mengucapkan selamat dan terima kasih di darat dan media, baik oleh pemenang maupun yang kalah. Kewajiban ini menyejukkan suasana batin serta membantu orang lain untuk ikut move on.

Kedua, adakan evaluasi total. Evaluasi total ini memiliki dua tujuan. Tujuan pertama, mendapatkan ilmu dan hikmah setelah kekalahan atau kemenangan. Tujuan kedua, Anda tidak lagi bertanya-tanya dalam hati “kok bisa kalah ya?” atau “kok dia bisa menang?”. Komunikonten juga menyarankan agar ada pertemuan antartim media sosial, baik yang menang maupun yang kalah, karena mereka aset daerah.

Ketiga, jika ada kecurangan, sarankan tim Anda melangkah sesuai dengan undang-undang, peraturan terkait, dan lain-lain.

Keempat, jika Anda memilih menjadi oposisi di media sosial, jadilah oposisi yang disegani. Oposisi yang paling disegani adalah oposisi yang mengkritik dengan data yang benar dan argumen yang keren. 

Jangan sampai mengkritik dengan hoaks dan fitnah. Sebab, mengkritik dengan hoaks dan fitnah, justru merugikan reputasi Anda. Karena, hoax dan fitnah pasti terbongkar.

Kelima, hormati masa bakti mereka yang terpilih lewat pemilu, yaitu lima tahun masa jabatan. “Yang menang akan ‘berkuasa’, yang kalah jadi oposisi, agar demokrasi kita makin keren,” kata dia.

Hariqo menambahkan, baik penguasa maupun oposisi tidak boleh memproduksi dan menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. Jangan sampai juga setelah pilkada muncul fitnah, kampanye hitam, dan melakukan penyalahgunaan isu SARA.

“Besar harapan kita setelah bertanding di pilkada serentak, seluruh tim media sosial kandidat bersanding, bergotong royong  mempromosikan daerah-daerahnya masing-masing untuk kemajuan NKRI,” kata dia.

photo
Infografis Pilkada Serentak 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement