Senin 25 Jun 2018 15:23 WIB

Misteri Lokasi Bangkai Kapal Sinar Bangun

Ada dua titik objek yang ditemukan di kedalaman 490 meter

Tim SAR gabungan melakukan proses pencarian korban tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Jumat (22/6).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Tim SAR gabungan melakukan proses pencarian korban tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Jumat (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Issha Harruma, Gumanti Awaliyah

SIMALUNGUN -- Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (d.h Basarnas) menemukan objek menyerupai kapal di dalam Danau Toba, Sumatra Utara (Sumut), kemarin. Namun, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi mengaku belum dapat memastikan objek itu merupakan KM Sinar Bangun.

"Kami masih mau proses apakah yang ada di dalam ini adalah KM Sinar Bangun atau enggak. Kami belum tahu," ujar Syaugi kepada wartawan saat ditemui di Pelabuhan Tiga Ras, Kabupaten Simalungun, Sumut, Ahad (24/6).

Menurut dia, ada dua titik objek yang ditemukan di kedalaman 490 meter. Kedua titik objek berjarak sekitar 2 kilometer sampai 2,5 kilometer arah barat daya dari Pelabuhan Tiga Ras. Temuan titik dengan multibeam echo sounder dan side scan sonar pun sudah ditandai dengan jangkar.

Lebih lanjut, Syaugi mengatakan, analisis terhadap objek sedang dilakukan oleh tim. Apabila sudah tuntas, laporan akan disampaikan kepada publik. "Mohon doanya. Kalau itu tidak betul, kita cari lagi. Saya belum lepas pakaian saya," kata Syaugi.

Dalam melakukan pencarian bangkai KM Sinar Bangun, Basarnas berkolaborasi dengan PT Mahakarya Geo Survey-Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IAITB). Perusahaan itu kerap mendukung Basarnas dalam kegiatan SAR, termasuk saat menemukan Airasia QZ8501 yang jatuh di Laut Jawa tiga tahun silam.

Saat dikonfirmasi, Direktur PT Mahakarya Geo Survey-IAITB Nanang Hengky Suharto mengonfirmasi temuan objek yang diduga KM Sinar Bangun di Danau Toba. Namun, seperti penuturan Kepala Basarnas, semua baru indikasi. "Saya belum berani mengatakan itu 100 persen (KM Sinar Bangun) sebelum kami melakukan penyelaman," ujar Nanang kepada Republika, kemarin.

Ia mengatakan, objek itu ditemukan berdasarkan pemetaan dasar laut yang dilakukan secara tiga dimensi menggunakan multibeam echo sounder. Objek didapatkan di sekitar lokasi KM Sinar Bangun tenggelam, Senin lalu. "Koordinat itu sekitar 500 meter dari posisi yang diberikan aparat. Suspect ditemukan di kedalaman 450 meter," ujar dia.

Menurut Nanang, berdasarkan prosedur yang ada, temuan dari alat sonar harus dikonfirmasi dengan visual. Konfirmasi visual dapat dilakukan dengan penyelaman menggunakan remotely operated vehicle (ROV). Ia mengatakan, tim membutuhkan ROV dengan spesifikasi yang lebih tinggi daripada yang digunakan pada awal pencarian.

"Karena alatnya biasanya dipakai di laut dan posisi sekarang di Tanjung Pinang, jadi perlu effort dan waktu untuk dipindahkan," kata Nanang.

KM Sinar Bangun yang mengangkut ratusan penumpang tenggelam pada Senin (18/6) sekitar pukul 17.30 WIB. Posisi awal tenggelam sekitar satu mil dari Pelabuhan Tiga Ras, Kabupaten Simalungun, Sumut. Kapal itu diduga tenggelam akibat cuaca buruk berupa angin kencang disertai ombak besar.

Hingga kini, tercatat 19 orang penumpang KM Sinar Bangun ditemukan selamat dan tiga orang meninggal dunia. Mereka adalah Tri Suci Wulandari asal Aceh Tamiang; Fahrianti (47), warga Jalan Bendahara, Kelurahan Pujidadi, Kecamatan Binjai Selatan, Kota Binjai; dan Indah Yunita Saragih (22), warga P Sidamanik.

Tidak ada manifes dari kapal yang hanya mampu memuat 43 penumpang itu. Namun, sebanyak 205 orang diperkirakan berada dalam kapal.

Kepolisian Daerah Sumut pun sudah menetapkan nakhoda KM Sinar Bangun Poltak Saritua Sagala sebagai tersangka. Poltak diduga lalai sehingga menyebabkan kapal kayu itu tenggelam. "Iya, statusnya sudah naik menjadi tersangka," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sumut AKBP Tatan Dirsan Atmaja saat dikonfirmasi Republika, Sabtu (23/6).

Tatan mengatakan, saat ini tersangka telah ditahan di Mapolda Sumut. Proses penyidikan pun melibatkan personel gabungan dari Satreskrim Polres Samosir, Satreskrim Polres Simalungun, serta Subdit Gakkum Ditpolair dan Ditreskrimum Polda Sumut.

Sementara itu, untuk dua anak buah kapal, yaitu Reider Malay dan Jenapua Aritonang, masih berstatus terperiksa. Mereka pun telah diperiksa polisi sejak Selasa (19/6). Seorang ABK lain bernama Jaya Sidauruk masih dinyatakan hilang karena ikut menjadi korban.

Pada Ahad, Basarnas masih terus berupaya mencari korban selamat, termasuk pencarian melalui udara menggunakan helikopter Basarnas HR-3604. Basarnas mengonfirmasi akan terus melakukan pencarian.

Kepala Kantor SAR Medan, Budiawan, menjelaskan, masih ada 183 orang yang harus dicari tim gabungan. Jumlah itu, menurut dia, merupakan data terbaru setelah dilakukan konfirmasi ulang atas temuan nama ganda.

Tercatat, 1.730 sukarelawan tergabung dalam tim pencarian korban. Mereka terdiri atas 120 orang personel Basarnas, 350 personel TNI, 350 personel Polri, 100 personel Dishub, 400 orang dari pemprov, dan 410 orang unsur potensi gabungan.

Kunjungan Mensos
Menteri Sosial (Mensos) Idrus Marham mengunjungi keluarga korban tenggelamnya KM Sinar Bangun di Pelabuhan Tiga Ras, kemarin. Atas nama pemerintah, Idrus menyampaikan pernyataan dukacita Presiden Joko Widodo. "Beliau menitipkan salam dan dapat memahami perasaan yang Bapak-Ibu alami," kata Idrus.

Untuk meringankan penderitaan korban dan mendukung operasional posko, Mensos menyerahkan bantuan sebesar Rp 649,6 juta kepada keluarga korban dan Pemerintah Kabupaten Simalungun. Bantuan yang diserahkan antara lain santunan kepada dua ahli waris korban meninggal masing-masing Rp 15 juta, 100 paket sembako senilai Rp 10 juta kepada keluarga korban, dan satu unit mobil dapur umum lapangan senilai Rp 465,6 juta untuk Dinas Sosial Kabupaten Simalungun.

Kemensos, lanjut Idrus, juga memberikan layanan dukungan psikososial (LDP) kepada keluarga korban yang belum ditemukan. Pemberian layanan dukungan psikososial diharapkan dapat meringankan duka keluarga korban.

"Karena, kalau melihat hasil pencarian sampai hari ini, belum ditemukan tanda-tanda yang mengarahkan keberadaan korban. Itulah pentingnya layanan dukungan psikososial," ujar Idrus. n ed: muhammad iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement