Sabtu 23 Jun 2018 15:39 WIB

Paslon Nomor 3 Tetap Berpeluang Besar Menangi Pilkada Jabar

Faktanya, 2 kali pilkada Jabar (2008 & 2013) hasilnya selalu jauh dari hasil survei

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Budi Raharjo
Pasangan calon (Paslon) pemilihan gubernur dan wakil gubernur (Pilgun) Jawa Barat, Sudrajat dan Ahmad Syaikhu pada Debat Publik Ketiga Pilgub Jawa Barat 2018, di Sudirman Grand Grand Ballroom, Kota Bandung, Jumat (22/6).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pasangan calon (Paslon) pemilihan gubernur dan wakil gubernur (Pilgun) Jawa Barat, Sudrajat dan Ahmad Syaikhu pada Debat Publik Ketiga Pilgub Jawa Barat 2018, di Sudirman Grand Grand Ballroom, Kota Bandung, Jumat (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun menilai pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Jawa Barat, Sudrajat dan Ahmad Syaikhu (Asyik) berpeluang memenangkan Pilkada Jabar 2018. Hal ini disebabkan pasangan tersebut memiliki mesin politik yang baik.

"Secara empirik faktor yang dominan mempengaruhi kemenangan di Pilkada Jawa Barat bukan karena faktor financial capital (modal finansial) yang dimiliki pasangan calon dan tim, bukan juga elektabilitas hasil survei, tetapi faktor bekerjanya mesin politik pasangan cagub-cawagub. Mesin politik (partai & relawan) pasangan Sudrajat-Ahmad Syaiku dikenal sebagai mesin politik yang gigih," kata Ubedilah melalui keterangan tertulis, Sabtu (23/6).

Ia mengatakan, banyak hasil penelitian tentang partai politik menyimpulkan PKS, salah satu partai pengusung pasangan Asyik, merupakan partai yang banyak memiliki kader muda yang gigih dalam bergerak mempengaruhi pemilih. Partai lain yang dianggap gigih bergerak adalah PAN dan dilanjutkan Gerindra.

Saat ini, banyak lembaga survey yang tidak menunjukkan pasangan Asyik memiliki elektabilitas yang tinggi. Meskipun demikian, menurut Ubedilah pasangan Asyik tetap bisa menang karena ternyata banyak hasil survey yang tidak tepat apabila melihat hasil Pilkada Jabar sebelumnya.

"Fakta historisnya dua kali pilkada Jawa Barat (2008 & 2013) hasilnya selalu jauh dari prediksi hasil survei, yang diprediksi menang oleh lembaga survei justru kalah. Selisih persentasi antara hasil survei dengan pemenang berada pada angka yang cukup signifikan antara 10 sampai 20 persen. Angka selisih yang tidak sedikit," kata dia.

Selain itu, Ubedilah juga menilai Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan mantan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) yang menjabat dua periode memiliki peran penting pada Pilkada 2018. Jawa Barat sudah terbukti menjadi tempat Gerindra mendulang suara dilihat dari kemenangan Prabowo di daerah tersebut pada Pilpres 2014.

"Faktor Prabowo dan Aher menjadi faktor yang menguntungkan pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang turut mendorong mesin politik bekerja dan turut mendorong pemilih menjatuhkan pilihan pada pasangan nomor 3 tersebut," kata dia.



Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement