Jumat 22 Jun 2018 21:12 WIB

Pasangan Asyik Tawarkan Program Hidup Sehat

Pasangan Asyik memaparkan masalah kesehatan di wilayah Jawa Barat.

Para paslon Pilkada Jabar tampil dalam debat publik ketiga di Kota Bandung, Jumat (22/6).
Foto: Edi Yusuf
Para paslon Pilkada Jabar tampil dalam debat publik ketiga di Kota Bandung, Jumat (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Debat pemilihan Gubernur (pilgub) dan Wakil Gubernur Jawa Barat putaran ketiga yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar mulai digelar di Grand Ball Room Sudirman, Jalan Sudirman, Kota Bandung, Jumat (22/6). Dengan tema membangun sumberdaya manusia yang berkualitas di Jawa Barat.

Calon Wakil Gubernur Jawa Barat, Ahmad Saikhu memaparkan masalah kesehatan merupakan masalah vital bangsa termasuk Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk besar. Katanya, pasangannya tidak hanya memperhatikan sisi kuratif namun promotif juta.

"Untuk itu pendamping lokal desa dan kader posyandu ini akan diberdayakan untuk mempromosikan perilaku hidup bersih dan sehat. Saya yakin dengan ini mudah-mudahan Jawa Barat," ujarnya, Jumat (22/6).

Dirinya pun mengucapkan terimakasih kepada mantan Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan yang hadir di denat karena telah menyediakan infrastruktur kesehatan dalam penanganan poned. Sehingga masyarakat bisa menikmati puskesmas dan rawat inap di daerah terpencil.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat menggelar debat terakhir pemilihan kepala daerah Jabar. Debat kali ini mengangkat tema Pembangunan Manusia yang Berkualitas untuk Mempercepat Kemajuan Jawa Barat. Yakni, meliputi kajian revitalisasi budaya Jawa Barat, pengembangan SDM sesuai dengan tantangan dan kebutuhan, membangun SDM Jabar yang berkualitas di era bonus demografi, pembangunan manusia dalam mempercepat kemajuan Jawa Barat, dan pembangunan manusia berbasis keadilan gender dalam mempercepat kemajuan Jawa Barat.

Menurut Komisioner KPU Jabar Divisi SDM dan Hubungan Partisipasi Masyarakat, Nina Yuningsih, Daftar Pemilih Sementara (DPS) merupakan salah satu titik krusial dalam penyelenggaraan pemilu 2019. Disebut krusial karena jumlahnya mungkin lebih kecil dibanding pemilu periode sebelumnya. Kondisi ini tidak terlepas dari data yang digunakan berupa data tunggal berbasis KTP elektronik, yang akurasinya lebih terjamin.

Nina mengatakan, data di masa lalu tidak seakurat sekarang. Karena, fata sekarang lebih mampu menopang prinsip penyelenggaraan pemilu luber (langsung, umum, bebas, rahasia) dan jurdil (jujur dan adil) Sistemnya yang dinamis, bukan hanya membuat operator harus bekerja siang malam, tetapi juga menuntut cara kerja yang sebaik-baiknya. "Namun kita optimis, upaya itu berbuah hasil dengan baik, dalam arti menghasilkan data yang komprehensif dan akurat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement