Jumat 22 Jun 2018 07:31 WIB

Pembinaan Jip Wisata Merapi Diakui Belum Optimal

Jip wisata Merapi diimbau menghindari jalan yang bermanuver.

Wisatawan menggunakan mobil jip melintasi kawasan lereng Gunung Merapi di Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (18/2). Wisata menggunakan mobil jip yang dipatok dengan harga Rp300.000 hingga Rp500.000 per paket itu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan Gunung Merapi.
Wisatawan menggunakan mobil jip melintasi kawasan lereng Gunung Merapi di Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (18/2). Wisata menggunakan mobil jip yang dipatok dengan harga Rp300.000 hingga Rp500.000 per paket itu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengklaim gencar menyosialisasikan kepada para pelaku jasa pariwisata setempat untuk selalu mengutamakan faktor keamanan dan keselamatan dalam melayani wisatawan. Namun pembinaan terhadap 800 jip wisata Merapi diakui belum optimal karena jumlahnya yang banyak.

"Dari sisi wisata keamanan adalah yang utama, seperti yang tercantum dalam Sapta Pesona. Kami sudah berkali kali melakukan pembinaan kepada para pelaku jasa pariwisata baik jip wisata maupun penyedia wisata 'out bond' dan lainnya untuk menguatamakan keamanan dan keselamatan," kata Kepala Dinas Pariswisata Kabupaten Sleman Sudarningsih di Sleman, Jumat (22/6).

Menurut dia, dari Kementerian Pariwisata juga pernah datang ke Kabupaten Sleman dan menyosialisasikan soal keamanan angkutan wisata. "Sosialisasi tersebut terkait bagaimana keamanan produk pelayanan jasa pariwisata dan 'Standar Operational Procedur (SOP) dari layanan jasa pariwisata," katanya.

Ia mengatakan, terkait dengan pembinaan jasa pariwisata jip wisata baik yang ada di lereng Gunung Merapi maupun di objek wisata Taman Tebing Breksi Prambanan, pihaknya juga terus melakukan pembinaan dan sosialisasi melalui masing-masing asosiasi yang menaunginya. "Pembinaan tidak henti-hentinya kami lakukan, hanya saja untuk jip wisata di lereng Merapi yang sampai saat ini jumlahnya besar lebih dari 800 unit armada, memang cukup sulit dalam pembinaan dan pengawasannya. Sedangkan yang di Taman Tebing Breksi hanya terdapat 70 armada sehingga lebih mudah dalam pembinaan dan pengawasannyua," katanya.

Sudarning mengatakan, pihaknya juga terus mengimbau pelaku jasa jip wisata untuk menghindari jalur-jalur yang bermanuver. "Jip wisata bukan wisata 'offroad', ke depan kami harapkan lebih aman, cek kelaikan kendaraan. Kami akan melakukan pengawasan ketat melaui celah jasa pariwisata untuk melakukan KIR kendaraan bermotor, harus standar, dan bukan sekadar cek," katanya.

Ketua Asosiasi Jip Wisata Wilayah Barat Daldiri mengatakan jip wisata yang beroperasi harus melaksanakan semua SOP, baik "rool bar safety belt" hingga kelengkapan operasional jip. "Masing-masing ketua komunitas sudah mendapat sosialisasi. Saya sudah tekankan dan ingatkan agar SOP tersebut dijalankan. Ini untuk menghindari adanya insiden kecelakaan," katanya.

Kecelakaan jip wisata terjadi Selasa, (19/6), pukul 14.15 WIB di Dusun Tangkisan, Umbulharjo Cangkringan, Sleman. Satu unit kendaraan Jeep Willys dengan nomor polisi H-8010-AB di rute jip lava tour Merapi terperosok ke dalam jurang sedalam empat meter. Kejadian tersebut akibat jip wisata yang dikemudikan Teguh Nugraha (43) warga Kaliurang Barat rt 05/rw 18, Hargobinangun Pakem, Sleman tersebut mengalami masalah pada setir kendaraan.

Kendaraan tidak dapat dikendalikan dan kemudian terperosok ke jurang sedalam empat meter. Kejadian tersebut satu korban meninggal dunia atas nama Ny Enny Fatmawati (42) warga Perum Bumi Mutiara RT 07 RW 33, Bojongkulon, Gunung Putri, Bogor. Korban luka yakni Sandhy Mas Nugroho (14) warga Cokro Tulung Klaten, Ngatmadi (54) warga Cokro Tulung Klaten, Ny Atik Rahmawati (40) warga Cokro Tulung Klaten dan Ny Sriyatun (52) warga Cokro Tulung Klaten.




sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement