Rabu 20 Jun 2018 17:26 WIB

Sukabumi Mulai Kekeringan, Sebagian Areal Sawah Gagal Panen

Kekeringan sudah terasa sejak sebelum bulan puasa

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Esthi Maharani
Petani mencangkul diantara padi yang baru ditanam berumur tiga minggu di sawah yang mengering Desa Lingga Jaya, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (28/8). Memasuki musim kemarau sejumlah area persawahan di Tasikmalaya sudah mulai mengering dan sulit mendapatkan pasokan air, serta terancam gagal panen.
Foto: Adeng Bustomi/Antara
Petani mencangkul diantara padi yang baru ditanam berumur tiga minggu di sawah yang mengering Desa Lingga Jaya, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (28/8). Memasuki musim kemarau sejumlah area persawahan di Tasikmalaya sudah mulai mengering dan sulit mendapatkan pasokan air, serta terancam gagal panen.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sebagian areal pertanian di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat mulai dilanda kekeringan. Dampaknya lahan persawahan milik petani sebagian gagal panen karena kesulitan mendapatkan pasokan air.

‘’Kekeringan sudah terasa sejak sebelum bulan puasa kemarin,’’ ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi H Sahlan kepada Republika, Rabu (20/6). Ia mengatakan lahan pertanian yang tanaman padinya akan panen mengalami kesulitan pengairan. Kondisi tersebut lanjut Sahlan, menyebabkan hasil panen yang diperoleh petani menjelang lebaran lalu menjadi tidak maksimal. Hasil panen petani menjadi berkurang sekitar 50 persen.

Sahlan menerangkan, awalnya petani tidak memperkirakan akan terjadi kekeringan di musim tanam kedua tersebut. Namun pada saat usia tanaman padi dua bulan terjadi kemarau. Pada momen ini tanaman padi mulai berbuah. Hal ini kata Sahlan ditandai dengan tidak turunnya hujan selama dua minggu. Fenomena tersebut langsung menyebabkan aliran air sungai pun mengering. Menurut Sahlan, selepas panen petani kini tidak menanami lagi lahan pertaniannya.

‘’Sekarang sebagian besar petani lebih memilih untuk istirahat,’’ ujar dia.

Bila memaksakan untuk menanam padi maka dikhawatirkan akan terjadi gagal panen yang lebih parah. Sebagian petani lainnya ungkap Sahlan ada yang menanam tanaman palawija seperti buah-buahan. Tanaman ini dinilai tidak banyak membutuhkan banyak air.

Di tempat terpisah Pemerintah Kabupaten Cianjur mulai memetakan kawasan rawan kekeringan menghadapi musim kemarau. ‘’ Kini sudah dipetakan daerah yang potensi kekeringan baik selatan maupun timur,’’ ujar Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Sugeng Supriyatno.

Di wilayah selatan di antaranya Kecamatan Cibinong, Leles, dan Sindangbarang. Sementara wilayah timur biasanya kekeringan melanda Kecamatan Mande, Karangtengah, dan Sukaluyu. Namun secara umum BPBD tetap memantau semua wilayah yang berpotensi kekeringan.

Namun kata Sugeng, saat ini BPBD belum menerima adanya dampak kekeringan. Meskipun demikian petugas di lapangan melakukan koordinasi dan pemantauan bersama dengan instansi terkait lainnya.

Sugeng menerangkan, pada musim kemarau biasanya dilaporkan adanya krisis air bersih, kebakaran lahan atau hutan. Oleh karena itu masalah kekeringan ini juga termasuk dalam bencana yang menjadi perhatian di Cianjur.

Camat Cikalongkulon Kabupaten Cianjur, Nunung Rahmat menambahkan, sebagian wilayahnya memang rawan kekeringan. ‘’ Ada wilayah yang memang rawan seperti Desa Cigunungherang, namun hingga kini belum ada laporan,’’ imbuh dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement