Selasa 19 Jun 2018 16:58 WIB

Petugas Kebersihan Kewalahan Angkut Sampah di Malioboro

Sampah liburan Lebaran tahun ini lebih banyak daripada tahun lalu.

Rep: Neni Ridarineni / Red: Ratna Puspita
Sampah-sampah di Tempat Pembuangan Sampah Sementara di UPT Malioboro, Yogyakarta, Selasa (19/6). Petugas sampah kewalahan mengangkut sampah yang meningkat hingga empat kali di sepanjang Malioboro pascalebaran.
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Sampah-sampah di Tempat Pembuangan Sampah Sementara di UPT Malioboro, Yogyakarta, Selasa (19/6). Petugas sampah kewalahan mengangkut sampah yang meningkat hingga empat kali di sepanjang Malioboro pascalebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Para petugas kebersihan di sepanjang Malioboro, Yogyakarta, tidak henti-hentinya bertugas sejak pagi hingga malam hari. Sebagian terlihat menyapu, sebagian mengambil sampah. 

Namun, sampah seperti tak kunjung habis dan bahkan semakin banyak, terutama selama libur lebaran tahun ini. Petugas kebersihan pun kewalahan membersihkan Malioboro dari sampah.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro pun mengklaim jumlah sampah pascalebaran tahun ini meningkat empat kali dibandingkan hari biasa. “Kalau hari biasa hanya satu truk, sekarang mencapai empat truk dalam sehari,”  kata Divisi Sarana dan Prasarana UPT Malioboro Agus Purnomo kepada Republika di tempat penampungan sampah sementara di belakang kantor UPT Malioboro, Selasa (19/6).

Bahkan, sampah liburan Lebaran tahun ini lebih banyak daripada tahun lalu. “Karena tahun ini liburnya lebih panjang. Kalau sampah liburan Lebaran tahun lalu sekitar tiga kali lipat dari hari-hari biasa,” kata dia. 

Banyaknya sampah membuat UPT Malioboro harus menerapkan mekanisme pengankutan sampah yang berbeda. Biasanya, petugas mengambil sampah menggunakan bak sampah. 

Pada liburan kali ini, petugas menyapu kemudian memasukkan sampah ke dalam keranjang. Barulah kemudian, petugas lainnya menyisir sampah sepanjang Malioboro dengan truk. 

“Biasanya diambil pakai bak sampah, tetapi kalau sekarang diambil pakai bak sampah tidak cukup karena banyak sekali sampah,” kata Agus.

Agus menuturkan, mekanisme pengangkutan sampah ini bukan tanpa kendala. Dia menerangkan, pengangkutan sampah yang diterapkan selama libur lebaran ini membuat truk kerap terjebak macet.

“Kalau pakai truk, kami harus memuter Stadion Kridosono untuk kembali Ke Malioboro. Padahal macet,” ujar Agus. 

Agus menambahkan kepolisian tidak memberikan dikresi sehingga petugas harus memutar jauh. “Dari pagi hingga siang ini baru dapat dua rit (perjalanan) dalam menyisir sampah,” kata dia. 

Banyak pengunjung

photo
Selama libur lebaran pengerjaan Kawasan Pedestrian Malioboro libur juga. Tampak becak-becak memarkir becaknya di kawasan pedestrian sisi barat Malioboro. (Republika/Neni Ridarineni)

Banyaknya sampah ini menunjukkan antusiasme warga ke Malioboro selama libur lebaran. “Kalau dilihat dari volume sampah, puncak pengunjung Malioboro mulai Senin (18/6) siang,” kata Kepala UPT Malioboro Ekwanto kepada Republika.

UPT Malioboro memprediksi jumlah pengunjung belum akan berkurang. Bahkan, Ekwanto memperkirakan, jumlah pengunjung akan meningkat hingga dua hari mendatang.

“Atau bahkan sampai Ahad (24/6). Khusus terkait dengan sampah kami harus benar-benar ekstra karena Malioboro adalah wajah Yogyakarta,” kata dia. 

Ekwanto mengungkapkan UPT Malioboro memiliki 17 petugas kebersihan. Selama lebaran ini, UPT sebenarnya sudah mendapat tambahan 10 personel kebersihan. 

Namun, Ekwanto mengatakan, jumlah tersebut masih kurang. Bahkan, Agus yang biasanya tidak pernah ikut terjun ke lapangan juga harus menyisir sampah karena kekurangan tenaga. 

“Saya kasihan dengan teman-teman. Kalau yang shift malam, mereka kerja dari malam hingga pagi tak istirahat, karena kalau malam sampah semakin banyak,” kata Ekwanto. 

Petugas penyapuan, Roni, mengatakan, sampah terus bertambah ketika dia bekerja mulai pukl 18.30 WIB hingga menjelang shubuh. Ia pun menceritakan ketika sampah mengangkut sampah dalam bak ke dalam truk untuk dibuang.

“Setelah ditinggal mengambili sampah di sepanjang Malioboro sampai depan Gedung Agung, ketika kembali lagi bak sampah sudah penuh lagi. Dikiranya kami tidak kerja,” kata Roni yang tampak kelelahan kepada Republika.

Tantangan Kebersihan Malioboro

photo
Sampah-sampah dari Malioboro. (Republika/Neni Ridarineni)

Ekwanto pun mengutarakan usulan penambahan petugas sampah. Agus juga mengungkapkan tantangan sampah di sepanjang Malioboro yang semakin berat pada masa mendatang.

Apalagi, dia mengatakan, jika kawasan pedestrian di sisi barat Malioboro sudah rampung. Sebab, ia menambahkan, akan semakin banyak bak sampah dan sampah yang dibuang.

Tantangan ini juga karena bak sampah yang dipasang di Malioboro menampung sampah dari pedagang kaki lima, toko, dan warga perkampungan di sekitar Malioboro. Padahal, bak sampah yang dipasang di kawasan pedestrian itu sebenarnya hanya untuk pengunjung Malioboro. 

Pedagang kaki lima, toko, dan warga perkampungan di sekitar Malioboro seharusnya membuang sampah di TPS terdekat seperti Pringgokusuman, RRI, atau THR. “Bahkan tadi saya menemukan sampah tusuk sate satu karung di titik nol,” kata Roni. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement