REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapal Patroli Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) milik Kantor Kesyahbandaran Utama Makassar terus percepat pecarian korban yang masih hilang terkait tenggelamnya kapal nelayan KM. Arista Rabu (13/6) di perairan Pulau Khayangan. Delapan orang dilaporkan masih hilang akibat insiden itu.
Kepala Syahbandar Utama Makassar, Victor Viki Subroto mengatakan, hingga pukul 18.00 WITA, dua unit Kapal Patroli KPLP yang telah tergabung dengan tim SAR terus melakukan pencarian korban. Namun dikarenakan waktu maka pencarian tersebut dihentikan sementara dan akan dilanjutkan kembali Kamis (14/6).
"Kapal KM. Arista jenis Jolloro dengan berat GT.6 bertolak dari Pelabuhan Paotere pada Rabu (13/6) pukul 13.30 WITA dengan tujuan Pulau Barrang Lompo dan tenggelam di perairan Pulau Khayangan," kata Victor.
Victor menegaskan kapal tersebut merupakan kapal yang biasanya memuat ikan. Namun pada saat kejadian mengangkut penumpang yang akan berbelanja keperluan Lebaran ke Makassar.
"Tentunya karena KM. Arista itu bukan kapal penumpang maka tidak ada manifest penumpang. Sehingga kapal tersebut berangkat tanpa Surat Persetujuan Berlayar (SPB) dan berangkatnya tanpa sepengetahuan kami selaku regulator di Pelabuhan," ujar Victor.
Baca juga, Korban Kapal Karam di Selat Makassar 13 Orang.
Victor menyesalkan kejadian tersebut terus terjadi mengingat selama ini pemerintah terus menerus mensosialisasikan pentingnya keselamatan pelayaran kepada masyarakat.
Anggota kepolisian mengangkat jenazah salah satu korban kapal motor Arista yang tenggelam di Rumah Sakit Jala Ammari, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (13/6).
Adapun jumlah penumpang yang diangkut belum dapat dipastikan namun informasi dari pemilik kapal pada saat itu memuat sekitar 30 (tigapuluh) penumpang.
"Kami tidak tahu berapa kepastian jumlah penumpang yang diangkut oleh kapal tersebut karena tidak adanya manifest. Namun demikian, kami terus melakukan pencarian korban kapal tersebut yang belum ditemukan," ujar Victor.
Victor menambahkan, pihaknya akan meningkatkan pengawasan terhadap aspek keselamatan kapal-kapal di Pelabuhan Makassar dan tidak ada toleransi terhadap kekurangan dalam pemenuhan aspek keselamatan pelayaran sebelum berangkat.
"Dengan adanya kejadian ini, tentunya kami prihatin dan menyampaikan turut berduka cita atas jatuhnya korban tenggelamnya kapal KM. Arista. Semoga ke depan tidak lagi ada kecelakaan serupa," kata Victor.
Pusdalops BPBD Provinsi Sulawesi Selatan, Hasriadi menambahkan dari 22 penumpang yang selamat, saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Angkatan Laut dan sebagian dirawat di RS. Akademis kota Makassar. "Data sementara, dari total jumlah penumpang KM. Arista yang berjumlah 43 orang, 35 orang telah dievakuasi. Mereka yang selamat berjumlah 22 orang dan meninggal 13 orang. Sementara 8 orang masih proses pencarian," paparnya.
Kapal KM. Arista merupakan kapal kayu jenis Jolloro, yang berangkat dari perairan Makassar menuju pulau Barrang Lompo. Kapal berangkat sekitar pukul 12.30 WITA. KM Arista dihantam angin dan ombak besar yang mengakibatkan kapal terbalik hingga tenggelam. Selain soal cuaca penyebab lain tenggelamnya kapal Arista ini diduga karena kelebihan muatan.
Selain KM. Arista di Sulsel, kecelakaan laut juga terjadi pada KM. Albert di perairan Sumatera Selatan pada Rabu (13/6) pagi di pulau Maspari. Direktur KPLP Sumatera Selatan, Junaidi mengatakan bahwa kapal speedboat tersebut mengangkut 30 orang termasuk nakhoda dan 2 (dua) awak kapal.
Kapal ini bertolak dari Dermaga Speedboat Kampung Suka Damain, Toboali Kabupaten Bangka Selatan dengan tujuan Dusun Sungai Pasir, Ogan Sumatera Selatan. Adapun para penumpang akhirnya berhasil diselamatkan nelayan Sungai Kong dan kapal KM Albert sudah ditarik ke Kampung Sungan Pasir, Sumatera Selatan.
"Sekitar 25 orang penumpang berhasil dievakuasi dengan selamat, Nakhoda berserta 2 orang awak kapal juga berhasil diselamatkan dan 2 orang penumpang meninggal dunia," kata Junaidi.
Junaidi mengatakan bahwa pada saat kejadian cuaca sedang buruk dan ombak tinggi terjadi di perairan tersebut. Oleh karena itu, Junaidi mengingatkan agar Nakhoda kapal harus memperhatikan cuaca sebelum berangkat.