REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial (Mensos) Idrus Marham tidak bisa memastikan waktu pendampingan anak-anak pelaku bom di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) beberapa waktu lalu karena ini terkait ideologi. Pada hari ini, Kemensos menerima tujuh anak korban pelaku bom dari pihak kepolisian.
Setelah Kementerian Sosial (Kemensos) resmi menangani tujuh anak-anak pelaku bom per Selasa (12/6) hari ini, Idrus memastikan lembaga yang dipimpinnya tanpa henti memberikan pendampingan, layanan psikososial, kejiwaan, hingga membersihkan ideologi radikalisme dari pikiran mereka. Namun, ia tak bisa memastikan berapa lama layanan-layanan ini bisa diberikan.
"Kami lihat perkembangannya, kemudian mengevaluasinya, jadi tidak bisa rigid. Ada fleksibilitas karena menyangkut masalah ideologi dan pemahaman," katanya, di Bandara Halim Perdanakusuma, di Jakarta Timur, Selasa (12/6) malam.
Apalagi, saat Idrus mengunjungi anak-anak itu hari ini, meski mereka sudah tertawa, tetapi ketika duduk mereka kembali termenung. Idrus menegaskan, untuk keberhasilan layanan rehabilitasi membutuhkan waktu dan pendampingan terus-menerus sampai paham terorisme bisa bersih dari pikiran mereka.
Kini, kata dia, anak-anak ini berada di sebuah tempat yang layak. Namun, ia menolak menyebutkan tempat persisnya. "Demi kepentingan bersama maka Saya tidak bisa sampaikan di mana mereka. Karena mereka perlu dilindungi dan dijaga keamanannya dan psikososialnya," ujarnya.
Ia optimistis setelah tujuh anak-anak laki-laki dan perempuan ini berada di tempat rehabilitasi selama beberapa hari, mereka bisa beradaptasi. Apalagi, kata dia, tempat pendampingan dan layanan psikososial ini sangat edukatif.
"Mereka bisa tinggal dengan baik dengan penuh kegembiraan," katanya.