Selasa 12 Jun 2018 20:54 WIB

Kemensos Mulai Rehabilitasi 7 Anak Pelaku Bom Surabaya

Tujuh anak yang diterima Kemensos terdiri dari tiga laki-laki dan empat perempuan.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Menteri Sosial Idrus Marham (kanan) memberikan keterangan seusai menjemput anak keluarga terduga teroris di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (12/6) .
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Menteri Sosial Idrus Marham (kanan) memberikan keterangan seusai menjemput anak keluarga terduga teroris di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (12/6) .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanganan tujuh anak pelaku pengeboman di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) bulan lalu per hari ini Selasa (12/6) resmi diserahkan oleh Kepolisian Jatim ke Kementerian Sosial (Kemensos). Mereka akan terus mendapatkan rehabilitasi, layanan psikososial, dan psikologi.

"Jumlahnya tujuh orang anak yaitu tiga anak laki-laki dan empat perempuan termasuk ada satu anak yang diselamatkan polisi. Umur anak-anak ini rata-rata 6 tahun, 8 tahun,9 tahun, dan paling tinggi umur 14-15 tahun," kata Menteri Sosial Idrus Marham, Sesala (12/6) malam.

Kemensos berjanji tidak membedakan anak-anak pelaku pengeboman. Menurut Idrus, pihaknya akan memperhatikan sungguh-sungguh pendampingannya karena mereka merupakan korban.

"Mereka tidak tahu apa-apa dan jadi korban jaringan terorisme," ujarnya.

Di satu sisi, kata dia, anak-anak ini memiliki hak hidup, tumbuh berkembang, dan hak mendapat pendidikan. Jadi negara harus menjaminnya. Apalagi, Idrus mengaku telah mendapat arahan dari Presiden Joko Widodo bahwa seluruh anak Indonesia yang menjadi korban dari konflik sosial maupun terorisme harus ditangani secara baik-baik dan tidak ada diskriminasi.

"Jadi pada tahap awal ini, Kemensos memberikan pendampingan untuk mengembalikan kepercayaan diri anak-anak ini tanpa membedakannya. Pada gilirannya kami akan mengikis paham radikalisme yang mungkin ajaran dari orang tuanyameski itu butuh waktu," ujarnya.

Idrus mengakui, pendampingan harus dilakukan terus-menerus dan membutuhkan waktu supaya pikiran sang anak terkait radikalisme bisa diberantas. Idrus telah telah menemui anak-anak tersebut untuk mengecek kondisi mereka sekaligus memberikan semangat dan motivasi.

Kemensos akan bekerja sama dengan lembaga lain seperti psikolog dan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) untuk menghibur mereka. "Jika pendampingan terus dilakukan maka paham terorisme akan dinetralkan dengan ajaran Islam yang rahmatan lil Alamin," ujarnya.


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement