REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Omzet para penjual jasa permak jeans atau pakaian bekas/layak pakai di kawasan Ceplok Piring, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengalami kenaikan hingga 300 persen dibanding hari biasa. Kenaikan seiring mendekati hari Lebaran 2108.
Salah satu pelaku usaha permak jeans, Abdul Karim, Selasa (12/6) mengatakan, saat ini omzetnya bisa mencapai Rp 300.000-Rp 500.000 per hari. "Kalau dibanding hari biasanya jauh. Pada hari-hari biasa itu paling pendapatan plus-minus di kisaran Rp 100 ribu per hari," tuturnya.
Naiknya pendapatan tidak lepas dari tingginya permintaan perbaikan/permak pakaian oleh para pelanggannya. Sehari, pelaku jasa vermak seperti Abdul Karim bisa melayani 25-40 potong pakaian untuk dirombak atau diperkaiki dari kerusakan yang terjadi.
Padahal sebelumnya, mendapat order 10 potong saja rasanya sudah bagus, ujar Dul, panggilan akrab Abdul Karim yang sudah paruh baya itu.
Tingginya aktivitas jasa permak terlihat dari kesibukan para pelaku usaha permak yang berjajar di sepanjang trotoar kawasan pecinan yang dulu dikenal dengan istilah daerah "Ceplok Piring" itu. Hampir semua penjahit sibuk dengan jahitan yang telah menumpuk.
Sebagian mengaku terpaksa menolak permintaan permak pakaian warga dengan alasan pesanan sudah menumpuk. Mereka khawatir permintaan permak tidak terlayani sesuai target waktu.
"Kalau permak berat terpaksa ditolak. Tapi kalau kecil, seperti potong lengan, potong celana dan sejenisnya masih bisa dilayani. Asal juga sabar menunggu," ujar Erfan, penjahit kaki lima lain.
Di kawasan pecinan Ceplok Piring, Kelurahan Plandaan, Tulungagung ini terkenal sebagai sentra usaha permak jeans/pakaian.
Total ada 50 penjahit spesialis permak mangkal di sepanjang trotoar kawasan ini. Mereka sudah menggeluti usaha ini sejak berpuluh tahun lalu dan turun-temurun.
Keberadaan mereka dipertahankan oleh Pemkab Tulungagung sebagai usaha mikro sekaligus kearifan lokal yang telah ada sejak berpuluh tahun dan menjadi usaha turun-temurun warga setempat.