Selasa 12 Jun 2018 07:07 WIB

Pedagang Keluhkan Sepinya Pembeli Selama Ramadhan

Belum ada peningkatan penjualan signifikan yang terjadi sejak awal Ramadhan

Rep: Rizky suryarandika/ Red: Esthi Maharani
Aktivitas penjual daging ayam potong di los daging Pasar Bandarjo, Ungaran.
Foto: Bowo Pribadi.
Aktivitas penjual daging ayam potong di los daging Pasar Bandarjo, Ungaran.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Beberapa pedagang yang berjualan di pasar induk Cikurubuk Kota Tasikmalaya Jawa Barat mengeluhkan sepinya pembeli sepanjang periode Ramadhan tahun ini. Para pedagang baru berpotensi mendulang keuntungan pada pekan terakhir Ramadhan atau jelang Lebaran.

Salah satu pedagang ayam potong, Agus Mulyadi (42 tahun) menuturkan belum ada peningkatan penjualan signifikan yang terjadi sejak awal Ramadhan. Bahkan menurutnya jumlah penjualan justru mengalami penurunan ketimbang Ramadhan tahun lalu.

"Sekarang paling sehari bisa ngejual satu sampai satu setengah kwintal, itu juga udah bagus. Kalau puasa tahun kemarin saya sehari rata-rata ngejual sampai dua kwintal," katanya pada wartawan, Senin (11/6).

Ia pun harus rela memotong selisih keuntungan ayam potong yang dijual guna menyesesuaikan harga. Dengan begitu konsumen tetap bertahan membeli ayam darinya. Sebab harga jual ayam di level produsen melonjak 30-50 persen. Adapun harga jual eceran dari Agus masih bertahan di angka Rp35.000 per kilogram.

"Ya mau gimana lagi, harus ambil akal supaya pembeli tetap beli dari kita, enggak lari ke pedagang lain," sebutnya.

Penurunan penjualan juga dirasakan oleh pedagang daging sapi. Salah satunya Siti Rohimah (50) yang memperkirakan penurunan penjualan terjadi sampai 50 persen. Padahal harga daging sapi lokal stabil di angka Rp110.000-Rp120.000. Ia merasa heran dengan penurunan penjualan ini.

"Bingung juga apa ya sebabnya? Ya mungkin pembeli lebih hemat sekarang belinya enggak banyak-banyak," ujarnya.

Nasib serupa ikut dialami oleh pedagang telur ayam, Asep (50) yang mengklaim penurunan pembeli sekitar 20-30 persen. Ia tak tahu alasan penurunan pembeli telur di kiosnya. Ia menduga penurunan lantaran banyaknya pedagang baru dan momen penerimaan siswa baru yang bersamaan dengan Ramadhan tahun ini. Sehingga pengeluaran konsumen banyak tersita.

"Di luar pasar sudah banyak kios-kios baru. Enggak cuma telur, semua bahan pokok juga sama. Terus juga tahun ajaran baru yang bareng dengan Ramadhan. Jadi orangtua-orangtua banyak pengeluaran untuk anak-anaknya," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement