REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo dan putra sulung mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyon, (AHY), menjadi calon wakil presiden (cawapres) favorit. Ini berdasarkan hasil survei terbaru Charta Politika yang dirilis, Rabu (6/6).
Nama Gatot Nurmantyo dan AHY menjadi favorit untuk dijagokan sebagai cawapres dari dua calon presiden (capres), baik dari calon pejawat Joko Widodo maupun calon penantang Prabowo Subianto. Survei Charta Politik terbaru soal pilpres 2019 ini dilakukan pada 23-29 Mei 2018, dengan menyurvei empat wilayah di Jawa yang menjadi lumbung suara nasional, yakni Banten, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), dan Jawa Timur (Jatim).
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, Pulau Jawa merupakan kunci kemenangan setiap pilpres. Karena itu, survei kali ini bukan hanya melihat potensi peluang kemenangan dari capres, melainkan nama-nama potensial cawapres di antara beberapa nama tokoh yang telah beredar di masyarakat.
Yunarto menyebut, nama Gatot serta AHY menjadi favorit cawapres dari responden yang memilih Jokowi maupun Prabowo. Seperti yang terungkap di Banten, misalnya. Dari survei yang dilakukan kepada 800 responden di Banten, terlihat nama-nama cawapres yang pantas mendampingi Jokowi tiga teratas, Gatot Nurmantyo di angka 5,5 persen, disusul Anies Baswedan di angka 5,4 persen, dan AHY di angka 3,8 persen.
Sementara itu, survei nama-nama cawapres yang pantas mendampingi Prabowo di Banten tiga teratas di antaranya Gatot Nurmantyo di angka 11,3 persen, disusul Anies Baswedan di angka 9,1 persen, dan AHY di angka 5,4 persen. "Gatot dan AHY di Banten menjadi dua nama yang bisa masuk tiga teratas sebagai cawapres di Banten," kata Yunarto.
Kemudian, hasil survei cawapres di Jabar, lanjut dia, dari 1.200 responden menunjukkan Gatot dan AHY menduduki dua posisi teratas sebagai cawapres, baik dipasangkan dengan Jokowi maupun Prabowo. Untuk Jabar, responden menjawab Gatot pantas sebagai cawapres Jokowi di angka 10 ,9 persen, di posisi kedua responden di Jabar menjawab AHY layak sebagai cawapres Jokowi dengan angka 8,1 persen, dan Susi Pudjiastuti di posisi ketiga dengan 3,8 persen.
Sementara itu, terkait posisi cawapres untuk Prabowo, respoden di Jabar memandang Gatot pantas mendampingi mantan danjen Kopassus ini di angka 12,3 persen. Disusul AHY di posisi ke dua di angka 7,3 persen dan Anies Baswedan di posisi ketiga di angka 6,7 persen. Hasil yang cukup berbeda sedikit terlihat di Jawa Tengah.
Di Jateng, 1.200 responden menjawab Gatot di posisi teratas, layak mendampingi Jokowi sebesar 7,2 persen. Selanjutnya, responden di Jateng menjawab Mahfud MD layak mendampingi Jokowi di angka 6,3 persen, dan Anies Baswedan di angka 5,2 persen. Sementara itu, AHY berada di posisi kelima layak menjadi cawapres Jokowi di angka 4,3 persen.
Untuk cawapres Prabowo, responden di Jateng menjawab Gatot layak mendapampingi Prabowo di angka 3,5 persen. Posisi kedua yang layak sebagai cawapres Prabowo adalah Anies Baswedan yang mencapai angka 2,6 persen, disusul AHY yang layak sebagai cawapres Prabowo di angka 1,9 persen.
"Di Jateng, Gatot masih sebagai cawapres favorit untuk dipasangkan di Jokowi atau Prabowo," katanya.
Untuk survei Charta Politik di Jawa Timur, Yunarto mengatakan, 1.200 responden menjawab Gatot masih menjadi cawapres favorit untuk Jokowi di angka 8,9 persen. Disusul di urutan kedua ada AHY masih sebagai cawapres Jokowi di angka 7,7 persen. "Yang menarik, Cak Imin di Jatim justru masuk urutan ketiga cawapres di angka 6,6 persen, disusul Mahfud MD di angka 5,2 persen, dan Anies Baswedan di angka 4,5 persen," paparnya.
Yunarto menambahkan, sosok cawapres yang layak mendampingi Prabowo tiga teratas di antaranya Gatot di angka 7,5 persen. Disusul nama AHY sebagai cawapres Prabowo di angka 5,4 persen dan Anies Baswedan di angka 4,7 persen. Munculnya nama Gatot sebagai kandidat kuat cawapres ini menjadi kekuatan baru, mengalahkan kepopuleran AHY.
Sebelumnya, Gatot sudah bertemu SBY bahkan sempat mengundang perhatian ketika Gatot mencium tangan Ketua Umum Partai Demokrat tersebut. Namun, pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai akan sangat sulit Demokrat mengangkat Gatot, dan Demokrat akan tetap memilih AHY.
AHY, kata Emrus, lebih memiliki peluang besar merujuk dari elektabilitasnya dan sudah ada Partai Demokrat sebagai kendaraan. Sementara itu, Gatot, lanjut dia, hingga saat ini belum ada partai yang bisa dijadikan "tumpangan politik".